Sunday, December 22, 2013

You should love someone in spite of, not because of.

Hari ini saya re-read Twivortiare, salah satu buku dari pengarang favorit saya, Ika Natassa. Dan saya berhenti di satu halaman, dimana kata-katanya Alexandra (tokoh wanita dalam buku tersebut) bikin saya ngangguk-ngangguk mengiyakan. Jagoan banget kata-katanya! So, saya post saja di sini buat yang tak pernah membaca buku tersebut, hitung-hitung sharing, ya kan? :k

I just wanna say: it’s impossible for us to find a perfect spouse if we model him/her toward someone, atau toward our own sets of criteria. The world just doesn’t work that way. We’re not God yang bisa bikin orang yang sempurna, sesuai dengan semua yang kita mau.

But we can try to find someone that just works. That when you and that someone are together, you both just work. Despite all the hiccups and each other’s shortcomings and imperfections and flaws. Banyak dari Beno yang mau gue ubah, sama seperti banyak dari gue yang pasti dia juga mau ubah. Countless. Banyak banget.

Tapi terus, mau nunggu kami bisa mengubah each other dulu according to our ideal mindset baru bisa nerima? Nggak, kan? Terus, kalau emang kami berdua berubah sesuai yang diinginkan masing-masing, are we still the same person we both fall in love with?

So you know why you get the impression from my tweets that he is somewhat perfect?

Because to me, he just works.
He and I work, despite our flaws and fights and all that.
Sure we’re making adjustments with each other as we go supaya bisa jalan hubungannya, tapi ada beberapa hal yang left unchanged dan memang harus di-accept aja.

Jadi nasihat gue buat lo semuanya: stop trying to find the perfect spouse according to your own ideal. Just find someone who just works with you. That’s all that matters.

Relationship is work. After we failed the first one, miserably I might add, Beno and I learned this the hard way. Jadi kalau udah ketemu yang sayang sama lo, lo sayang sama dia, both of you can work things out together, and it feels right (not perfect)… ya udah.

Dulu pernah baca quote ini dan menurut gue nggak banget, tapi ternyata setelah gue alamin ternyata beneran. You should love someone in spite of, not because of.”


(Taken from Twivortiare, prescribed by Ika Natassa, page 129-130)

Saturday, December 21, 2013

Terlatih Patah Hati

Hari ini salah seorang sahabat saya, Reo, mengirim chat ke dalam group BBM. Isinya begini, “Udah pada dengerin lagu ini? Terlatih patah hati – by The Rain feat Endank Soekamti, liriknya keren :x “.
Dan benar kata dia, liriknya memang keren. Bener-bener keren! :x



Aku sudah mulai lupa saat pertama rasakan lara.
Oleh harapan yang pupus, hingga hati cedera serius.
Terimakasih kalian, barisan para mantan dan semua yang pergi  tanpa sempat aku miliki.
Tak satupun yang aku sesali, hanya membuat ku semakin terlatih.

Begini rasanya terlatih patah hati, hadapi pedihnya terlatih disakiti.
Bertepuk sebelah tangan (sudah biasa), ditinggal tanpa alasan (sudah biasa). :#
Terluka itu pasti, tapi aku tetap bernyanyi. :x

Lama tak ku dengar tentangnya, yang paling dalam tancapkan luka.
Satu hal yang aku tau, terkadang juga dia rindu.
Terimakasih kalian, barisan para mantan dan semua yang pergi  tanpa sempat aku miliki.
Tak satupun yang aku sesali, hanya membuat ku semakin terlatih.

Begini rasanya terlatih patah hati, hadapi getirnya terlatih disakiti.
Bertepuk sebelah tangan (sudah biasa), ditinggal tanpa alasan (sudah biasa). :#
Terluka itu pasti, tapi aku tetap bernyanyi. :x



Hahaha, kocak sekali bukan liriknya? Tapi tetap saja, meskipun sering patah hati atau tersakiti, saya tak pernah terlatih. Tetap saja, meskipun terluka itu pasti, saya tak pernah menganggapnya itu sudah biasa. Bagaimana juga lebih indah dicintai daripada patah hati bukan?

Friday, December 13, 2013

Who are you?

You are the books you read, the films you watch, the music you listen to, the people you meet, the dreams you have, the conversations you engage in. You are what you take from these. You are the sound of the ocean, the breath of fresh air, the brightest light, and the darkest corner. You are a collective of every experience you have had in your life. You are every single day. So drown yourself in a sea of knowledge and existence. Let the words run through your veins and let the colours fill your mind .” @caradelevingne

Thursday, December 12, 2013

The cuteness of his jealous




Menonton satu scene dari The Heirs episode hari ini mengingatkan saya padanya. The way Kim Tan jealous to Eun Sang, is like the way he did to me. And I think, the way he’s jealous is so cute. Bibirnya yang seakan maju beberapa millimeter ketika mengomeli saya, protektifnya dia ketika saya bercerita tentang salah seorang cowok yang dia curigai suka pada saya, atau repetan-repetan tak jelasnya ketika saya menggoda akan melirik laki-laki lain. Ya, caranya takut kehilangan saya, atau memproklamirkan saya adalah milik dia, hanya miliknya, hmmm… definitely cute!  :$

Friday, December 6, 2013

Pasca Putus

Baru saja menyelesaikan episode 18 dari drama Korea yang kemunculannya saya nanti-nantikan tiap minggu: The Heirs! Hahaha, dan salah satu adegannya mengingatkan saya akan cerita sahabat saya, membuat saya tak sabar untuk segera membuat postingan ini.


"Can't we even be friends?"
Dan, jawaban dari Young Do ini lo.... Suka bangettttt!



Bilang thanks-nya pake senyum pula.
Dan ketika putus ya bener-bener putus, tak ada istilah ngemis-ngemis minta balikan
Meskipun setelahnya, pergi ke tempat-tempat kenangan.
Meratapi cerita lama. Galau habis-habisan. Hahaha...
Ga sengaja berpapasan
Dan cara Young Do melewati Eun Sang tanpa ngomong sepatah kata pun.
Acting cool (meskipun mungkin di dalam berdarah-darah), hmmm...priceless.
Salah satu adegan di episode 18 yang mau tak mau, pasti pernah kita alami di kehidupan nyata.

Ya, bagaimana keadaan setelah putus. Putus dengan hati tercabik-cabik tentunya. Putus tak baik-baik highlight-nya. :p

Banyak sekali reply menarik yang dilontarkan oleh teman-teman saya ketika saya mengulik topik ini. Salah seorang sahabat saya pernah berkata begini, “Enak aja ya bilang mau berteman lagi, setelah dia menyakiti hati sedemikian rupa?”. Yang lain berkata, “Putus belum tentu musuhan, Na. Silahturahmi masih harus tetap dijaga. Apalagi kalau sama-sama dewasa.”

Sahabat saya yang lain menunjukkan message dari ex-nya, yang baru saja putus, dan ketika sahabat saya (laki-laki) meminta untuk tidak berhubungan lagi. Stop him for the chances he’ll fall in love with her (again). Dan message itu kira-kira berbunyi seperti ini, “Apa kita ga bisa tetep temenan, Ko?” and something like this, “Jadi Koko bener-bener mau ngelupain aku? :( “

Hahaha, entah kenapa saya malah senyum-senyum baca message tersebut, yang lengkap dengan emo “:” plus “(“. Bagaimana kemudian sahabat saya dengan gayanya yang cool membalas, “Iya, ini cara yang terbaik”, meskipun mengetik dengan berat dan hatinya bener-bener tidak rela.

Sahabat saya yang lain lebih straight to the point. Ketika menemukan bahwa dia dibohongi: cewek yang dia sukai berpacaran dengan orang lain setelah sebelumnya menjawab perasaannya dengan “aku-belum-siap-pacaran-dan-tunggu-sampai-aku-siap”. Yes,make a relationship with other man,  after a lot message “I miss u” and “I miss u too” between my best friend and her. Hahaha, dia menanggapinya dengan “I don’t need your explanation, or apologize” dan langsung men-delcon (delete contact) BBM cewek tersebut, malam itu juga.

Apakah setelah putus harus bener-bener lost contact sama sekali? Atau masih berteman? It depends on your self. Tergantung kondisi hati kalian.

Misalnya kalian bener-bener sudah move on, dan berteman dengannya tidak lagi mengingatkan pahit-manisnya cerita lama, why not? Tapi kalau kalian masih berkutat di kubangan mantan karena masih cinta sedangkan dia engga, yaaa…better let her/him go. Tak baik untuk kesehatan hati.

Yang jelas pesan simple dari saya adalah: jangan mau dimanfaatkan. Kalian harus selidiki jelas alasan kalian masih mau berteman dengannya atau dia berteman dengan kalian itu apa. Apa murni tidak ingin melepaskan tali silahturahmi seperti kata sahabat saya? Atau karena dia tak ingin kehilangan fans? Sahabat-sahabat saya sering menyebutnya dengan istilah “ban serep”, yang kalau butuh dikeluarkan, dan kalau tidak butuh disimpen aja sampai mampus di bagasi. Ya, hubungan para ex yang mengatas namakan pertemanan, dekat dengannya karena kalian masih cinta, sedangkan dia pun berteman karena rasa. Rasa “butuh”, rasa “tak ingin kesepian” or anything… So, kalau kalian sudah mengerti kalau motif pertemanannya sudah tidak baik, mengapa harus dipertahankan coba? :k

You don’t ever have to feel guilty about removing toxic people from your life. It doesn’t matter whether someone is a relative, romantic interest, employer, childhood friend, or a new acquaintance.
You don’t have to make room for people who cause you pain or make you feel small. It’s one thing if a person owns up to their behaviour and makes an effort to change. But if a person disregards your feelings, ignores your boundaries, and “continues” to treat you in a harmful way, they need to go.”
-         - Danielle Koepke


Sakitnya Rindu

Kita adalah sepasang sepatu: selalu bersama tak bisa bersatu.
Kita sangat ingin bersama, tapi tak bisa apa-apa. Terasa lengkap bila kita berdua, terasa sedih bila kita di rak berbeda. :(
Di dekatmu kotak bagai nirwana, tapi saling sentuh pun kita tak berdaya.
Cinta memang banyak bentuknya, mungkin tak semua bisa bersatu :( “

Sepasang sepatu: selalu bersama tak bisa bersatu
Apakah kamu tahu rasanya merindukan seseorang dengan sangat, tau juga jika orang itu merindukanmu, tapi tak bisa bertemu? Jangankan memeluknya sebentar saja, menatap mukanya saja tidak.

Ya, apalagi ketika hari-hari berlalu dengan begitu berat, kamu ingin menyandarkan kepalamu sebentar di bahunya, merasakan tangannya mengelus rambutmu perlahan, menenangkanmu, dan berkata semuanya akan baik-baik saja. Ya, ketika hari itu datang, kamu harus cukup puas mendengarkan suaranya saja lewat telepon, atau membaca kalimat yang dia kirimkan lewat BBM. Kamu harus bersikap seolah-olah semuanya baik-baik saja. Bukan karena kamu tidak ingin berbagi, tapi karena tidak ingin membebaninya dengan hal-hal yang kalian tau ingin dilakukan tapi tak bisa. Ya, ketika hari itu datang, dadamu akan terasa begitu sesak, membuatmu kehabisan napas. Badminton dua jam saja tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan sesaknya dada saat itu. Sakitnya sampai terasa ke ujung-ujung jari. Dan tentu saja, air mata. Yang seharusnya tak menetes, yang sudah diperintahkan untuk disimpan saja oleh otak, tiba-tiba meluber tanpa diminta.

Ya, dan hari itu datang lagi. Hari ini.

Mungkin kalian berpikir saya manja. Ya, saya akui, saya memang manja. Sudah tau konsekuensi menjalani hubungan jarak jauh, tapi tetap saja mengeluh. Tetep memenuhi blog dengan postingan-postingan nyampah. 

Dan meskipun hubungan ini berat, mata merah, dada nyesek, toh saya tetap tak mau berhenti. I just have to believe that our love will find a way. A way that the distance is no longer between us…

Tuesday, November 26, 2013

Meski cuma selangkah

"Aku tidak ingin kaya. Aku hanya ingin hidup. Aku ingin melihat banyak tempat. Aku ingin mendengar banyak suara. Aku ingin menghirup seribu satu bau kehidupan. Alangkah mengerikannya terpenjara di satu tempat. Alangkah menjemukannya. Alangkah memuakkan. Aku mesti pindah tempat setiap saat, meski cuma selangkah."
                                                       ― Seno Gumira Ajidarma (Seorang Wanita di Halte Bus, 1987)

Lonely You

Entah apa karena musim hujan sudah datang. Entah apa karena dinginnya hari ini begitu menusuk. Atau karena memang sama seperti isi lirik lagu ini, saya sedang kesepian. Tapi memang lagu ini pas. Pas menemani suasana hati yang sedang galau. Pas dengan backsound rintik-rintik hujan di jendela kantor. Suara Hyorin, liriknya, musiknya, really like it...


(Romanization Lyric)
ppikkeusdaeneun georeume hwicheongimyeo i bameul hemaessjyo (bamsae)
geomge beonjin nunmure chwihaeseo hancham tto ureossjyo (oh)

dari cham chaneyo gidael gosdo eobsneunde
mallaganeun eokkaeleul gamssa jul sarangeul chajayo

Lonely you lonely you, geudaeneun nae mam alkkayo
Lonely heart lonely heart, gyeote amudo eobsneun nan
oneuldo La La La Lonely La La La Lonely
bie jeojeun nae mameul ireohge La La La Lonely La La La Lonely
geudaega anajullaeyo

syowindoe bichyeojin nae eolguri jom andwae boyeoyo (so sick)
haengboge ulgo usdeon nae moseub da eodi gan geojyo (oh)

biga tto oneyo geuman jeojgo sipeunde
i nunmuri jamdeul ttaekkaji deo isseojullaeyo

sangcheoppunin sarange dachin yeorin najiman
oh ireon narado salanghaejullaeyo? Oh Oh Oh Oh

majimageuro sarangeul mideoyo geuge geudaeramyeon

Only you only you, ije nae mam algessjyo
Lonely heart lonely heart, kkog geudaebakke eobsneun nan
oneul bam La La La Lonely La La La Lonely
eoreobuteun nae mameul ireohge La La La Lonely La La La Lonely
geudaega anajullaeyo


(Translation)
I wandered through the night all night as I swayed with stumbling steps
Drunk off my black tears, I cried for a long time

The moon is so cold, there’s no place to lean
I look for a love that will embrace my thinning shoulders

Lonely you lonely you, do you know my heart?
Lonely heart lonely heart, no one is by my side
Again today, La La La Lonely La La La Lonely
My heart drenched in rain is La La La Lonely La La La Lonely
Will you hold me?

My face reflected in the shop window looks pitiful, so sick
Where did the me, who laughed and cried in happiness, go?

It’s raining again, I want to stop getting wet
Will you stay a little longer till these tears go to sleep?

Lonely you lonely you, do you know my heart?
Lonely heart lonely heart, no one is by my side
Again today, La La La Lonely La La La Lonely
My heart drenched in rain is La La La Lonely La La La Lonely
Will you hold me?

I’m weak from being hurt by the scarring love
But will you still love me? Oh oh oh oh

I’ll believe in love for the last time
If that love is you

Only you only you, now you know my heart
Lonely heart lonely heart, I have no one but you
Tonight, I’m La La La Lonely La La La Lonely

Will you hold me?


Friday, November 15, 2013

Date a girl who reads (by: Rosemarie Urquico)


Date a girl who reads. Date a girl who spends her money on books instead of clothes. She has problems with closet space because she has too many books. Date a girl who has a list of books she wants to read, who has had a library card since she was twelve.

Find a girl who reads. You’ll know that she does because she will always have an unread book in her bag.She’s the one lovingly looking over the shelves in the bookstore, the one who quietly cries out when she finds the book she wants. You see the weird chick sniffing the pages of an old book in a second hand book shop? That’s the reader. They can never resist smelling the pages, especially when they are yellow.

She’s the girl reading while waiting in that coffee shop down the street. If you take a peek at her mug, the non-dairy creamer is floating on top because she’s kind of engrossed already. Lost in a world of the author’s making. Sit down. She might give you a glare, as most girls who read do not like to be interrupted. Ask her if she likes the book.

Buy her another cup of coffee.

Let her know what you really think of Murakami. See if she got through the first chapter of Fellowship. Understand that if she says she understood James Joyce’s Ulysses she’s just saying that to sound intelligent. Ask her if she loves Alice or she would like to be Alice.

It’s easy to date a girl who reads. Give her books for her birthday, for Christmas and for anniversaries. Give her the gift of words, in poetry, in song. Give her Neruda, Pound, Sexton, Cummings. Let her know that you understand that words are love. Understand that she knows the difference between books and reality but by god, she’s going to try to make her life a little like her favorite book. It will never be your fault if she does.

She has to give it a shot somehow.

Lie to her. If she understands syntax, she will understand your need to lie. Behind words are other things: motivation, value, nuance, dialogue. It will not be the end of the world.

Fail her. Because a girl who reads knows that failure always leads up to the climax. Because girls who understand that all things will come to end. That you can always write a sequel. That you can begin again and again and still be the hero. That life is meant to have a villain or two.

Why be frightened of everything that you are not? Girls who read understand that people, like characters, develop. Except in the Twilightseries.

If you find a girl who reads, keep her close. When you find her up at 2 AM clutching a book to her chest and weeping, make her a cup of tea and hold her. You may lose her for a couple of hours but she will always come back to you. She’ll talk as if the characters in the book are real, because for a while, they always are.

You will propose on a hot air balloon. Or during a rock concert. Or very casually next time she’s sick. Over Skype.

You will smile so hard you will wonder why your heart hasn’t burst and bled out all over your chest yet. You will write the story of your lives, have kids with strange names and even stranger tastes. She will introduce your children to the Cat in the Hat and Aslan, maybe in the same day. You will walk the winters of your old age together and she will recite Keats under her breath while you shake the snow off your boots.

Date a girl who reads because you deserve it. You deserve a girl who can give you the most colorful life imaginable. If you can only give her monotony, and stale hours and half-baked proposals, then you’re better off alone. If you want the world and the worlds beyond it, date a girl who reads.


Or better yet, date a girl who writes.

Monday, October 21, 2013

Own or be owned?

"If God tells you to give something away and you can't, then you don't own it...It owns you."
(Rick Warren)

Kadang kita merasa memiliki sesuatu, mempertahankannya  dengan sangat, dan berpikir bahwa it really belong to us. Pertanyaan selanjutnya simple saja, apakah sebenarnya kita benar-benar memiliki sesuatu yang kita pertahankan mati-matian itu, atau malahan sesuatu itu yang memiliki kita?

Anyone who has lost something they thought was theirs forever,
finally comes to realise that nothing really belongs to them. Yeah, nothing...

Sunday, October 20, 2013

You are the apple of my eye

Shen Chia Yi - Ko Teng
(Buat yang roaming dengan postingan ini, saya anjurkan untuk segera menonton film Taiwan berjudul “You are the apple of my eye”. Comedy, romance, dan sedikit action dicampur ke dalam satu cerita. Brilliant banget pokoknya!)



Tak pantas menyesal atau berpikir bagaimana jika dahulu kita melakukan ini dan itu. Bagaimana jika pada saat di bawah hujan Ko Teng menghentikan sikap kekanak-kanakan, membuang ego, dan kembali ke depan Shen Chia Yi. Berjongkok di depannya, menghapus air matanya,  dan memulai masa indah bersama. Atau bagaimana jika saat sebelum Chia Yi dan Ko Teng menerbangkan lampion ke langit, Ko Teng berani membuang sikap pengecutnya dan mendengar jawaban Chia Yi atas perasaannya, apapun itu. Atau bagaimana jika Chia Yi waktu itu juga langsung mengatakan perasaannya yang sebenarnya, alih-alih malu karena dia wanita. Bagaimana jika ketika Ko Teng menelpon Chia Yi pada saat terjadi gempa hebat di Taipei, mereka berdua mengakui perasaan masing-masing, berani jujur, dan ya…berjuang demi cinta. Ya, banyak sekali bagaimana jika… , yang apabila dilakukan pasti akan menelurkan cerita dengan ending yang berbeda.


Saya pernah menyesal. Dan tak ingin menyesal lagi, dan lagi. Jadi baiklah jika saat ini, saya jujur pada diri sendiri. Mengejar apa yang ingin saya kejar. Mempertahankan apa yang ingin saya genggam. Meskipun berarti harus menebalkan muka, atau membuang ego jauh-jauh, saya tak peduli. Saya hanya hidup sekali, pantaskah apabila di akhirnya saya merenungi hidup yang indah ini dengan tumpukan bagaimana jika?

Saturday, October 19, 2013

Nong Poy, remind me how to...

Nong Poy? Ga salah nih kali ini saya membahas tentang nama tersebut? Buat yang belum tau siapa itu Nong Poy, let me introduce her to you…

Nong Poy :D

Nong Poy, merupakan seorang penyanyi, model dan aktris asal Thailand. Lahir pada tanggal 5 Oktober 1986, sebagai seorang anak laki-laki. Oke, saya garis bawahi, caps lock dan bold sekalian supaya jelas. LAKI-LAKI. Ya, seperti kalian tau Thailand merupakan negara yang sangat unik, dan menurut saya salah satu dari sedikit Negara yang menghargai perbedaan (apapun bentuknya). Buat yang fanatik terhadap suatu agama atau kepercayaan tertentu, just skip it to the other post or blog, okay?  Postingan kali ini hanya untuk mereka yang berpikiran terbuka dan menghargai perbedaan. Yeah, like me (aihhh, sempet-sempetnya narsis). *big-smile-on-my-face  :)

Melebar sedikit dari topik postingan, saya akan menjelaskan sedikit tentang gender identities di Thailand. Selain garis jelas berjudul laki-laki dan perempuan, ada daerah abu-abu berkaitan dengan gender identities di sana. Masyarakat Thailand mengenal istilah Tom, Dee, dan Kathoey. Tom, mungkin merupakan kependekan dari Tomboy (who knows?), adalah perempuan yang berpakaian, bersikap, dan berbicara seperti laki-laki. She may not actually be a lesbian, but she may be perceived as one by others. Tom berambut cepak, merupakan sebuah deviasi dari tradisi Thailand yang mengindikasikan rambut panjang sebagai simbol dari feminitas. Mungkin yang pernah menonton film Thailand, berjudul Yes or No, pasti tau Kim (salah satu pemeran utamanya) adalah wujud nyata dari Tom.

Dee merupakan perempuan homosexual (atau bisa juga bisexual) dimana secara penampilan fisik mengikuti norma-norma feminitas di Thailand. Dee akan terlihat, berbicara, dan bersikap seperti perempuan Thailand normal pada umumnya. Satu-satunya perbedaan yaa…hanya kecenderungan suka ke sesama jenis. Yang ketiga, Kathoey (atau yang sering disebut sebagai ladyboy), mengacu kepada laki-laki yang berpakaian dan bersikap seperti wanita.  Banyak Kathoey, atau yang masyarakat kita lebih sering sebut sebagai transgender, selain berpakaian seperti wanita juga melakukan prosedur-prosedur medis yang disebut sebagai “feminizing”, seperti operasi payudara, hormon, silicone injections, bahkan Adam’s apple reductions (operasi perubahan jenis kelamin). Banyak juga yang bahkan lebih cantik dari perempuan asli. Entah harus iri, kagum atau bagaimana melihat foto-foto orang tua saya dengan ladyboys saat mereka liburan ke Thailand dan menonton main show di sana. Sekseh-nya itu lohhh, saya saja yang perempuan sampai mengeluarkan suara ckckck. Hahaha….

Penerimaan akan perbedaan ini disebabkan oleh mayoritas penduduk Thailand yang memeluk agama Buddha (around 94.6%). Berkaitan dengan ajaran agama Buddha, which places a high value on tolerance, yaitu Karma, yang percaya bahwa menjadi Tom, Dee, atau Kathoey merupakan sebuah hasil pelanggaran akibat apa yang mereka lakukan di masa lampau. Menjadi Tom, Dee, atau Kathoey bukan sesuatu yang diingini dan mereka layak mendapatkan rasa kasihan, bukan malah disalahkan atas orientasi mereka.

Back to the topic, Nong Poy. Bernama asli Saknarin Marnyaporn (ศักดิ์นรินทร์ มาลยาภรณ์ ), sudah memiliki orientasi yang berbeda sejak dia kecil. Nong Poy kecil  merasa dirinya lebih cocok memiliki tubuh perempuan dan dia bermimpi untuk menjadi perempuan seutuhnya, tetapi di  depan kedua orang tuanya  dia bersikap seperti anak laki-laki. Keputusannya untuk mengalami transformasi (*uhuk, bahasa mulai lebay) diambil pada saat usianya 17 tahun, lewat proses yang sangat menyakitkan. Prosesnya sendiri meliputi berbagai operasi kelamin, operasi plastik, dan program diet ketat.  Anndd…jeng-jeng-jeng, inilah hasilnya…
 

Dari samping aja cantiknya ajubileh...
Buat cowok, kalo yang nyuruh diem kaya gini, kalian gimana?
Merengut aja cantik. Ckckck...
Si guk-guk aja melongo nih...

Body-nya. Abs-nya. Speechless...


Kapan ya saya bisa jemuran badan tapi tetep pose cantik gini. Haha...

Tak bisa dipungkiri, Nong Poy cantik. Sangat cantik malah. Terlepas dari proses yang menjadikan dia menjadi dirinya yang sekarang, atau apa orientasi seksualnya, menurut saya Nong Poy adalah makhluk yang indah (Eits…jangan berpikir saya juga memiliki orientasi yang berbeda loh…). Yep, munafik jika ada yang bilang tidak, dan tak adil jika penilaian cantik atau tidaknya dia didasarkan pada orientasi yang dia pilih.

Flawless, is she?

Menulis postingan ini saja mengingatkan saya akan pembicaraan saya dengan sahabat saya. Dia dengan jujur mengakui bahwa Nong Poy cantik, dan dia bercerita jika teman-temannya yang lain men-judge dia homo atau suka dengan waria (sahabat saya seorang laki-laki). Ya, mendengar ceritanya mengingatkan saya bahwa tanpa sadar kadang kita menghakimi orang lain sesuai dengan label yang kita torehkan, berpikir bahwa kita salah satu yang sempurna dan bisa dengan seenak jidat menuding-nuding jika ada yang melenceng dari garis. Tak sadarkah kita bahwa garis itu sendiri dibuat oleh mistar yang kita gunakan? Tak sadarkah kita bahwa garis itu dilihat oleh "kacamata" yang kita pakai?

To be honest, masa bilang makhluk ini cantik dibilang ga normal sih??? 

Hahaha, ini hanyalah sekedar random thoughts yang mulai ngaco di malam hari. Inti postingan ini sebenarnya bukanlah Nong Poy, kecantikannya, orientasinya, or anything, tapi lebih ke Nong Poy yang (secara tak langsung) mengingatkan diri saya bahwa siapapun orangnya, bagaimanapun bentuk dan keputusan yang dia ambil (mau dia transgender, mau homo, mau Tom, Dee, or anything he/she choose...), tak pernah layak untuk dihakimi. Saya bukan seorang Buddhist, tapi bolehlah jika saya belajar tentang high value of tolerance dari ajaran agama tersebut. Agama saya sendiri mengingatkan saya tentang  seseorang yang sangat saya kagumi, seorang tokoh yang paling benar, tapi tak pernah berusaha untuk menghakimi orang lain. Ya, Dialah yang mengajarkan bahwa siapapun yang tak berdosa, barulah boleh melemparkan batu ke orang lain. Lantas, jika manusia yang seperti Dia saja melewatkan kesempatan untuk melempar “batu” pertama, siapa saya sehingga saya berani melemparkan “batu” (apapun jenis “batu” tersebut) kepada orang lain???

Wide smile on her face. Beautiful, no matter what!

Source:
1. All photo from Nong Poy Treechada's FB
2. Wikipedia

Saturday, October 12, 2013

One day closer

"Missing someone gets easier everyday because even though you are one day further from the last time you saw them you are one day closer to the next time you will."

Yes, 20 days again. One day closer to you...

Saturday, October 5, 2013

Sunset, beach, a man behind the camera, and me

Me: taken by the man behind the camera

The minute before the sun goin' down.

The sun: take all the light with him.

Seperti sendirian, padahal sebenarnya tidak.

Before the darkness came out.

Waves in Double Six

Entah kenapa, tiba-tiba hari ini saya teringat pada sore itu. Sore dimana saya dan dia masih tertawa dengan begitu lepasnya. Dia yang pernah mengisi hari-hari tak terlupakan dalam hidup saya. Yang begitu perhatiannya sampai kadang saya lupa diri.
Dia, yang pada sore itu, di Pantai Double Six, hanya mengikuti saya lewat kameranya. Membiarkan saya menikmati matahari yang tenggelam dengan cantiknya. Yang kehadirannya hanya saya rasakan lewat bunyi klik pelan saat tombol shutter Canon EOS D50-nya ditekan.
Dia yang sekarang hanya menjadi sebuah masa lalu. Masa lalu yang hanya ingin saya ingat, tanpa ada keinginan untuk mengulang kembali, namun juga tak pernah sekalipun saya sesali. The one who teach me how sweet and bitter the life is…

Saya mengulurkan tangan, dia menggenggamnya. Tapi toh terlepas juga...


Ya, postingan ini untukmu. Kamu yang dulu dekat tapi sekarang jauh. You know exactly who you are.
"Baik-baiklah di sana, seperti saya juga baik-baik saja di sini. Semoga seperti saya, kamu juga telah menemukan seseorang yang genggamannya tak ingin kamu lepaskan lagi. Genggamlah dia erat, jangan biarkan dia pergi. Dan semoga saja, pada saat semesta mempertemukan kita berdua kembali, saat itu kita bisa tersenyum tulus. Benar-benar tulus, sambil mendoakan kebahagiaan satu sama lain. Ya, semoga..."

Friday, October 4, 2013

Dark Side



"There's a place that I know. It's not pretty there and few have ever gone. If I show it to you now, will it make you run away? Or will you stay, even if it hurts? Even if I try to push you out, will you return and remind me who I really am? Please remind me who I really am...

Everybody's got a dark side. Do you love me? Can you love mine?
Nobody's a picture perfect, but we're worth it, you know that we're worth it.
Will you love me? Even with my dark side?"

(Busbee and Alexander Geringas)