Wednesday, November 28, 2012

Pantai Gua Cina dan Pantai Bajul Mati: Satu Suro Mengunjungi Nyi Roro kidul


Yeah, sudah dua minggu lewat sejak saya menulis blog nyampah yang bahkan tidak jelas apa topiknya itu, dan sudah sebulan lebih sejak postingan terakhir tentang “petualangan” pertama saya. Nah, kali ini saya mau mengucapkan pengakuan dosa karena sebenarnya seminggu lalu saya ber”petualang” ke salah dua pantai-pantai cantik di Malang Selatan dan sampai detik ini belum melaporkan apa-apa di blog  ini. Hohoho…maafkan ketidak-eksisan saya ya, guys… :-p

Awal mula rencana perjalanan di bulan November adalah penanjakan ke gunung Semeru. Preparation yang dilakukan sudah tidak tanggung-tanggung. Perlengkapan-perlengkapan pun sudah complete, hasil pinjaman (baca: jarahan) kanan-kiri. Briefing, persiapan surat keterangan sehat, fotocopy KTP, semua sudah dilakukan. Bahkan saya sudah memasang telinga lebar-lebar mendengar wejangan-wejangan dari kakak seperguruan dan tetua pendaki yang kerjaannya naik turun gunung (“Ko Budz, emang elu udah tua lo yaaa…. :-p “). Tapi lagi-lagi…rencana tinggal rencana. Ijin keberangkatan saya tidak mendapatkan “stempel” dari Mama tercinta.

And the reason behind is…gara-gara diberitakannya dengan santer di salah satu surat kabar lokal tentang seorang anak muda yang hilang selama dua hari di Semeru. Dan parahnya lagi, Mama saya adalah pembaca setia surat kabar tersebut. Bikin Mama paranoid? Jelassss… Sorenya setelah berita dimuat, anak tersebut ditemukan dalam keadaan sehat. Alhamdulillah buat anak itu, totally craaapppp for me. Bagaimana tidak lha wong ijin sudah ditolak mentah-mentah dan sama sekali tidak diperhitungkan untuk pertimbangan ulang. Daaaamnnnnn!!!! Rasanya pada saat itu saya ingin memutilasi penulis lebay surat kabar lokal tersebut dan memberikan potongan-potongan dagingnya pada hyena-hyena Taman Safari. (Maafkan jika bahasa saya mengerikan, mulai kumat psycho-nya, haha… :-p )

Yeah, kecewa sangat rasanya. Belum lagi merasa bersalah pada Ko Win dan DK. Sudah berjanji mendaki puncak bersama, tapi janji itu tidak bisa saya tepati. Seperti menjilat ludah sendiri. Hiks, sedih sekali plus marah pada diri sendiri rasanya… :’(

Kemudian datanglah penyelamat saya…jeng..jeng…Ko Bon-Bon namanya. Penggemar travelling, doyan photography, kocak, mirip Ikan Dugong (Ups…), and nice. He’s single too, so…buat yang mau daftar, bisa langsung ambil formulir pendaftaran di saya. Yuuukkk, mariiii… (*nyengir gede :D )

Ko Bon-Bon berencana “menculik” saya ikut dalam tripnya bersama beberapa orang teman. Meskipun dibilang menculik sebenarnya sih jauh dari arti kata sebenarnya, karena ini yang diculik malah jejingkrakan girang. Yeyyyy, pantaiiiiiii!!!!

Dan pergilah saya, di tanggal Satu Suro, mengunjungi pantai-pantai Selatan yang konon merupakan daerah kekuasaan Nyi Roro Kidul. :-p
Berangkat  jam lima pagi hari dari Surabaya, menempuh lima jam perjalanan dari Surabaya menuju Malang Selatan. Dan seperti biasa penunjuk jalan adalah GPS. Tanyakan Peta, Katakan Peta! (Dora the Explorer banget… :-p )

Setelah melewati jalan makadam1 yang membuat semobil bergoyang dangdut, sampailah saya di pantai pertama. Gua Cina! Eitsss, bukan berarti saya mendeklarasikan etnis saya, tapi ini karena memang namanya demikian. Pantai Gua Cina, namanya…


Nampang di depan papan penunjuk. :-p

 Kenapa disebut Gua Cina? Usut punya usut sih karena dulu ada seorang biksu yang bertapa di gua yang terletak di pantai ini, tetapi  beberapa saat ketika warga datang melihat keadaan biksu tersebut, warga hanya menemukan tulang belulang saja (Jadi agak horror nih ceritanya :# ). Di gua tersebut, juga ditemukan huruf Mandarin  yang ditulis (atau dipahat, entahlah…) di langit-langit gua. Saya sendiri entah kenapa sedikit kurang nyaman ketika berada di dalam gua ini. Bukan karena apa-apa, tetapi karena sirkulasi udara hanya dari mulut gua saja, sehingga berada sebentar di dalam gua sudah mandi keringat. Apalagi banyaknya pengunjung yang antre mau masuk ke dalam gua ini. Fiuhh, jangankan mau mendelik untuk melihat huruf-huruf Mandarin, bisa keluar tanpa berdesak-desakan saja sudah syukur sekali rasanya. 


Penampakan dalam Gua Cina, banyak torehan yang jelas-jelas bukan huruf Cina.

Bukan hanya nama saja yang ada embel-embel Cina-nya, di pantai ini saya juga bertemu dengan banyak rombongan orang Cina, baik yang keturunan etnis Tionghoa, atau memang benar-benar native. Dan jangan bilang pantai ini tidak komersil karena pada saat saya datang, pantai ini ramaiiiiiiiii sekaliiiiiiii (I-nya sengaja saya beri banyak, untuk penegasan. :-p ). Dan di pantai ini juga, keotentikan saya diragukan. Hahaha… :-p

Ceritanya saat saya sedang makan bakso, datang dua orang Chinese native membeli bakso. Mereka kesusahan sekali menjelaskan apa maksud mereka ke bapak penjual bakso. Dan kebetulan saya mendengarkan, mengerti maksud mereka, mengerti juga apa maksud bapak penjual bakso, dan tidak tega melihat ke-missunderstanding-an yang muncul. Akhirnya saya menjadi translator mendadak di antara kedua belah pihak. In the end, bule Cina itu melihat saya, dan ragu-ragu sangat dia menanyakan, “Ni shi Hua ren ma?  (Apakah kamu orang Tionghoa?)”. Saya jawab, “Shi a… (Benar…)”. Dan mukanya benar-benar tidak yakin mendengar jawaban saya. Dia berkata lagi, “Xie xie. (Terima kasih.)”. “Bu yong xie (Tidak apa-apa.)”, jawab saya. Craaaapppp, mungkin gara-gara kulit gosong eksotik, saya disangka orang Jawa. Dan baru beberapa menit kemudian saya tersadar pantas saja bule Cina tersebut tidak yakin, lha wong mata sipit saya (bukti otentik satu-satunya) tertutup kacamata hitam. Haha… :-p


Pantai Gua Cina dengan ombak khas Selatan

With Ko Bon-Bon


Overall, saya suka sekali dengan pantai ini. Wajahnya bermacam-macam, dan jika diibaratkan dengan cowok, he’s unpredictable.  Ada sisinya yang cadas, berbatu-batu, khas ombak pantai Selatan yang “meluap-luap”. Sisi yang lain berpasir halus, lembut, tapi kadang masih menggoda dengan ombak-ombak tak terduganya. And the others, penuh dengan batu berlumut hingga warnanya hampir hijau menimbulkan gradasi laut yang ih…waow… banget. :D

Mulai surut, bisa jalan ke pulau kecil di tengah laut.

Matahari sudah tak lagi berada tepat di atas kami, ketika kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Bajul Mati. Kira-kira 3km jauhnya dari Pantai Gua Cina. Pantai Bajul Mati sendiri terbagi menjadi dua, yaitu:  Pantai Ungapan Bajul Mati (dekat dengan Jembatan) dan Pantai Bajul Mati sendiri. Kenapa disebut Pantai Bajul Mati? Simple saja, karena pulau-pulau karang kecil yang terletak di dekat pantai menyerupai bentuk buaya , yang dalam bahasa Jawa disebut bajul. Nah jika kalian bertanya pada saya apakah benar-benar menyerupai buaya, saya hanya bisa menjawab, “Dilihat dari mananya? :-p “


Kira-kira mirip buaya tidak?

Pantai ini jauh lebih sepi daripada Pantai Gua Cina, dan lagi-lagi saya juga suka. Hahaha, saya akui saya memang “murahan” jika berurusan sama pantai. Mudah jatuh cinta lah intinya (Eits, tapi cuman sama pantai saja looo…). :-p

Makes me 'in love '

Hanya berdiri di pinggir pantai sambil makan ice cream, berteriak keras-keras (dimanfaatkan karena sepi), berkejar-kejaran dengan ombak dan menghirup-hembus udara laut saja membuat deadline-deadline kantor lenyap entah kemana. All the stress gone!

Masa kecil bahagia sekali :D

Dan ketika matahari mengucapkan selamat tinggal dengan indahnya pada dunia, saat itulah kami memutuskan untuk kembali ke Surabaya. Goodbye, Croc, can’t wait to see you in another times… :D

Special thanks to Ko Bon-Bon, can't wait to go another trip with u!

Notes:
1 Arti jalan makadam adalah jalan dari batu pecah yang diatur padat lalu ditimbuni kerikil, hingga permukaannya keras. Jalan ini terlahir karena didasari keinginan untuk membangun banyak jalan dengan cara cepat dan biaya yang tidak terlalu tinggi. Makanya di banyak tempat yang konstruksi jalannya belum terlalu maju, ya seringnya kita menemui kontur jalan seperti ini. Nama makadam sendiri diambil dari nama penggagas ide munculnya jalan ini, yaitu John Loudon McAdam (1756 - 1836). Orang Indonesia banget sih yang simplicity penyebutan dari McAdam (baca: mek-edem) menjadi makadam (baca: ma-ka-dam). Haha…  :D

No comments:

Post a Comment