Saturday, October 19, 2013

Nong Poy, remind me how to...

Nong Poy? Ga salah nih kali ini saya membahas tentang nama tersebut? Buat yang belum tau siapa itu Nong Poy, let me introduce her to you…

Nong Poy :D

Nong Poy, merupakan seorang penyanyi, model dan aktris asal Thailand. Lahir pada tanggal 5 Oktober 1986, sebagai seorang anak laki-laki. Oke, saya garis bawahi, caps lock dan bold sekalian supaya jelas. LAKI-LAKI. Ya, seperti kalian tau Thailand merupakan negara yang sangat unik, dan menurut saya salah satu dari sedikit Negara yang menghargai perbedaan (apapun bentuknya). Buat yang fanatik terhadap suatu agama atau kepercayaan tertentu, just skip it to the other post or blog, okay?  Postingan kali ini hanya untuk mereka yang berpikiran terbuka dan menghargai perbedaan. Yeah, like me (aihhh, sempet-sempetnya narsis). *big-smile-on-my-face  :)

Melebar sedikit dari topik postingan, saya akan menjelaskan sedikit tentang gender identities di Thailand. Selain garis jelas berjudul laki-laki dan perempuan, ada daerah abu-abu berkaitan dengan gender identities di sana. Masyarakat Thailand mengenal istilah Tom, Dee, dan Kathoey. Tom, mungkin merupakan kependekan dari Tomboy (who knows?), adalah perempuan yang berpakaian, bersikap, dan berbicara seperti laki-laki. She may not actually be a lesbian, but she may be perceived as one by others. Tom berambut cepak, merupakan sebuah deviasi dari tradisi Thailand yang mengindikasikan rambut panjang sebagai simbol dari feminitas. Mungkin yang pernah menonton film Thailand, berjudul Yes or No, pasti tau Kim (salah satu pemeran utamanya) adalah wujud nyata dari Tom.

Dee merupakan perempuan homosexual (atau bisa juga bisexual) dimana secara penampilan fisik mengikuti norma-norma feminitas di Thailand. Dee akan terlihat, berbicara, dan bersikap seperti perempuan Thailand normal pada umumnya. Satu-satunya perbedaan yaa…hanya kecenderungan suka ke sesama jenis. Yang ketiga, Kathoey (atau yang sering disebut sebagai ladyboy), mengacu kepada laki-laki yang berpakaian dan bersikap seperti wanita.  Banyak Kathoey, atau yang masyarakat kita lebih sering sebut sebagai transgender, selain berpakaian seperti wanita juga melakukan prosedur-prosedur medis yang disebut sebagai “feminizing”, seperti operasi payudara, hormon, silicone injections, bahkan Adam’s apple reductions (operasi perubahan jenis kelamin). Banyak juga yang bahkan lebih cantik dari perempuan asli. Entah harus iri, kagum atau bagaimana melihat foto-foto orang tua saya dengan ladyboys saat mereka liburan ke Thailand dan menonton main show di sana. Sekseh-nya itu lohhh, saya saja yang perempuan sampai mengeluarkan suara ckckck. Hahaha….

Penerimaan akan perbedaan ini disebabkan oleh mayoritas penduduk Thailand yang memeluk agama Buddha (around 94.6%). Berkaitan dengan ajaran agama Buddha, which places a high value on tolerance, yaitu Karma, yang percaya bahwa menjadi Tom, Dee, atau Kathoey merupakan sebuah hasil pelanggaran akibat apa yang mereka lakukan di masa lampau. Menjadi Tom, Dee, atau Kathoey bukan sesuatu yang diingini dan mereka layak mendapatkan rasa kasihan, bukan malah disalahkan atas orientasi mereka.

Back to the topic, Nong Poy. Bernama asli Saknarin Marnyaporn (ศักดิ์นรินทร์ มาลยาภรณ์ ), sudah memiliki orientasi yang berbeda sejak dia kecil. Nong Poy kecil  merasa dirinya lebih cocok memiliki tubuh perempuan dan dia bermimpi untuk menjadi perempuan seutuhnya, tetapi di  depan kedua orang tuanya  dia bersikap seperti anak laki-laki. Keputusannya untuk mengalami transformasi (*uhuk, bahasa mulai lebay) diambil pada saat usianya 17 tahun, lewat proses yang sangat menyakitkan. Prosesnya sendiri meliputi berbagai operasi kelamin, operasi plastik, dan program diet ketat.  Anndd…jeng-jeng-jeng, inilah hasilnya…
 

Dari samping aja cantiknya ajubileh...
Buat cowok, kalo yang nyuruh diem kaya gini, kalian gimana?
Merengut aja cantik. Ckckck...
Si guk-guk aja melongo nih...

Body-nya. Abs-nya. Speechless...


Kapan ya saya bisa jemuran badan tapi tetep pose cantik gini. Haha...

Tak bisa dipungkiri, Nong Poy cantik. Sangat cantik malah. Terlepas dari proses yang menjadikan dia menjadi dirinya yang sekarang, atau apa orientasi seksualnya, menurut saya Nong Poy adalah makhluk yang indah (Eits…jangan berpikir saya juga memiliki orientasi yang berbeda loh…). Yep, munafik jika ada yang bilang tidak, dan tak adil jika penilaian cantik atau tidaknya dia didasarkan pada orientasi yang dia pilih.

Flawless, is she?

Menulis postingan ini saja mengingatkan saya akan pembicaraan saya dengan sahabat saya. Dia dengan jujur mengakui bahwa Nong Poy cantik, dan dia bercerita jika teman-temannya yang lain men-judge dia homo atau suka dengan waria (sahabat saya seorang laki-laki). Ya, mendengar ceritanya mengingatkan saya bahwa tanpa sadar kadang kita menghakimi orang lain sesuai dengan label yang kita torehkan, berpikir bahwa kita salah satu yang sempurna dan bisa dengan seenak jidat menuding-nuding jika ada yang melenceng dari garis. Tak sadarkah kita bahwa garis itu sendiri dibuat oleh mistar yang kita gunakan? Tak sadarkah kita bahwa garis itu dilihat oleh "kacamata" yang kita pakai?

To be honest, masa bilang makhluk ini cantik dibilang ga normal sih??? 

Hahaha, ini hanyalah sekedar random thoughts yang mulai ngaco di malam hari. Inti postingan ini sebenarnya bukanlah Nong Poy, kecantikannya, orientasinya, or anything, tapi lebih ke Nong Poy yang (secara tak langsung) mengingatkan diri saya bahwa siapapun orangnya, bagaimanapun bentuk dan keputusan yang dia ambil (mau dia transgender, mau homo, mau Tom, Dee, or anything he/she choose...), tak pernah layak untuk dihakimi. Saya bukan seorang Buddhist, tapi bolehlah jika saya belajar tentang high value of tolerance dari ajaran agama tersebut. Agama saya sendiri mengingatkan saya tentang  seseorang yang sangat saya kagumi, seorang tokoh yang paling benar, tapi tak pernah berusaha untuk menghakimi orang lain. Ya, Dialah yang mengajarkan bahwa siapapun yang tak berdosa, barulah boleh melemparkan batu ke orang lain. Lantas, jika manusia yang seperti Dia saja melewatkan kesempatan untuk melempar “batu” pertama, siapa saya sehingga saya berani melemparkan “batu” (apapun jenis “batu” tersebut) kepada orang lain???

Wide smile on her face. Beautiful, no matter what!

Source:
1. All photo from Nong Poy Treechada's FB
2. Wikipedia

No comments:

Post a Comment