Maafkan ketiadaan saya selama beberapa bulan terakhir ini.
Semuanya dipicu oleh kemalasan yang tak kunjung hilang dari otak saya. Namun
hari ini saya memaksakan untuk membunuh rasa itu. Demi bisa duduk anteng (bahasa Jawa, arti: tenang) di
depan laptop, menuangkan pengalaman indah minggu lalu. :)
Why Derawan became my
second option like what I said in the title of this post??? Let me explain :)
Berawal dari undangan Princess,
teman saya yang tinggal di Ampana, untuk mengunjungi dia dan Kepulauan
Togean (karena Ampana dekat sekali dengan Pulau Togean) maka saya mengambil
cuti di bulan Maret. Cuti 3 hari, tertanggal 8-13 Maret. Hehehe, enaknya kerja
di corporate yang Sabtu-Minggu
termasuk libur weekend, plus adanya
hari libur nasional yang jatuh pada 12 Maret, maka saya mengantongi 6 hari
libur di tangan. Bayangan “terbang” ke Sulawesi Tengah dan sunbathe di pantai Pulau Togean pun akhirnya harus buyar ketika Princess membatalkan in one month before. Bagusssss!!!
Setelah menggalau selama beberapa waktu (secara libur 6 hari
sudah di tangan), maka beberapa opsi destinasi sudah terpikirkan. Jika ada
teman perjalanan, saya akan berangkat ke Derawan. Jika tidak, saya akan solo traveller ke
Lombok-Bali-Banyuwangi. Singkat cerita, setelah menyebarkan broadcast message yang jika dibaca ulang
sangat-sangat hopeless, ada satu
teman saya, just called him: Andre,
yang bersedia diculik untuk menemani saya ke Derawan. Jadilah saya ngebut beli
tiket dan pesan paket wisata in the very
last minutes. Untungnya berhasil rebes
(baca: beres) semua. Thank’s God! :D
Day 1
Saya menggunakan maskapai Lion Air, dimana jadwal
penerbangannya paling “bersahabat” dengan waktu meeting. Flight saya jam 07.20
WIB, dengan rute Surabaya-Balikpapan-Tarakan, dengan beberapa molor khas Indonesia, akhirnya saya
sampai di Tarakan pukul 12.45 WITA. Di pintu kedatangan, Ridwan (salah satu guide Wisata Kita) sudah menunggu dengan
senyum khasnya. Jangan minta saya mendefinisikan senyumnya. Between clueless smile and weird grin. Haha, kocak pokoknya! :p
Some kind of this smile. (6) |
Trip kali ini saya
menggunakan jasa Wisata Kita (lagi). Total sudah 3 kali, saya ikut trip yang diadakan Wisata Kita. Entah
ketagihan karena memang oke banget trip
service yang mereka lakukan ke peserta trip,
harganya yang sesuai banget sama kocek backpacker
saya, photo service mereka yang
ala fotografer handal, atau memang karena kentalnya persahabatan yang ditawarkan
oleh guide-guidenya yang unik semua
itu. :p Pengen ketagihan juga seperti saya? Langsung cap cus saja gih ke
websitenya di www.wisatakita.com
Selanjutnya kami (saya dan Andre) diantarkan untuk memberi makan
naga-naga di perut yang sudah mulai berunjuk rasa, bertemu dengan rombongan
peserta lain, dan menuju kapal boat kecil
yang kemudian mengantarkan kami dan 12 peserta lainnya ke Pulau Derawan.
Benar-benar pengalaman yang tak terlupakan, terombang-ambing bahkan
terlonjak-lonjak akibat ombak yang sumpahhh…gede banget! Tiga setengah jam
pula! Belum lagi si Mas nakhoda yang sepertinya terobsesi sekali ingin
menciptakan rekor speed baru di dunia
perlautan dengan mengorbankan
pantat-pantat kami sebagai tumbalnya. Awwww…
Yellow boat itulah yang kami naiki. Kencangnya superrrrr.... (6) |
Setelah perjuangan berjam-jam sejak pagi, akhirnya kesampaian juga
keinginan saya untuk menginjakkan kaki di tanah Derawan. Sudah sejak lama
sebenarnya saya ingin sekali berlibur ke Kepulauan yang terletak di Kabupaten
Berau ini. Semenjak diracuni oleh Trinity “The Naked Traveler” dalam bab-bab
Derawan di dalam bukunya dan berulang kali melihat scene dalam iklan Djarum Adventure, Derawan sudah menjadi salah
satu destinasi impian saya. And finally
today the dream comes true!
Okay, here we go, let
me introduce this awesome island and the other islands around!
Peta Derawan. Sumber: wisatablogg.blogspot.com |
Secara geografis Kepulauan Derawan terletak di semenanjung
utara perairan laut Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, yang terdiri dari
beberapa pulau yaitu Pulau Panjang, Pulau Raburabu, Pulau Samama, Pulau Sangalaki,
Pulau Kakaban, Pulau Nabuko, Pulau Maratua, dan Pulau Derawan sendiri serta
beberapa gosong karang seperti gosong Muaras, gosong Pinaka, gosong Buliulin,
gosong Masimbung, dan gosong Tababinga.1
Untuk menuju kepulauan ini, anda bisa memilih dua jalur.
Lewat Tarakan, atau lewat Berau. Dua-duanya memiliki plus-minus sendiri.
Rute pertama: Berau! Kalian bisa mengambil tujuan ke
Balikpapan (Bandara Internasional Sepinggan), yang kemudian dilanjutkan ke
Berau (Bandar Udara Kalimarau). Penerbangan yang melayani rute Balikpapan-Berau
adalah Sriwijaya, Kal Star, dan Lion Air. Perjalanan kemudian dilanjutkan
dengan menyewa mobil menuju Pelabuhan Tanjung Batu (ditaksir sekitar 2 jam),
dan selanjutnya menempuh perjalanan laut dengan kapal cepat ke Pulau Derawan
(sekitar 20 menit).2 Rute adalah rute terdekat dan tercepat, tapi
berdasarkan “penelitian” sangat tidak bersahabat dengan kantong. Haha… :p
Rute kedua: Tarakan! Kalian bisa mengambil penerbangan
dengan tujuan Tarakan (Bandara Internasional Juwata). Beberapa kota memiliki
akses langsung, tapi ada juga yang harus transit terlebih dahulu di Balikpapan.
Dari bandara, kalian bisa naik taxi, mobil carteran, dan sejenisnya menuju
pelabuhan SDF. Jika kalian menggunakan jasa tour
seperti yang saya lakukan, maka perjalanan akan dilanjutkan dengan naik speed boat menuju Pulau Derawan yang
berkisar 3-4 jam perjalanan laut. Cara ini juga bisa dilakukan apabila kalian
berlibur secara rombongan, paling tidak mahalnya ongkos carter speed boat bisa dibagi rata jika
ber-banyak. Jika tidak, kalian bisa menggunakan alternatif perjalanan lain
dengan waktu total kurang lebih 7 jam perjalanan. Rutenya adalah
Tarakan-Tanjung Selor dengan speed boat,
lalu perjalanan darat Tanjung Selor-Berau-Tanjung Batu dengan mobil carteran
atau taksi Kijang, dan terakhir Tanjung Batu ke Pulau Derawan dengan speed boat.3 Hanya menulis
panjangnya perjalanan ini saja sudah membuat saya lelah, benar-benar perjuangan
menuju antah berantah. :x
Back to my story,
finally I landed to Derawan Island! For
your information, di pulau ini tidak ada ATM. Dan communication provider yang berjaya adalah Telkomsel dan XL. Lantas
bagaimana nasib IM3 saya? Tidak ada jatah untuk autis, signal internet matot
(baca: mati-total), untuk mengirim SMS saja banyakan pending daripada sent-nya.
Axis milik Andre? Jangan ditanya! Haha… :p
Almost Sunset in the first day! (8) |
Hari pertama akhirnya kami habiskan dengan explore pulau yang jaraknya cuman sauncalan watu (baca: selemparan batu) itu. Jalan kaki dari ujung ke ujungnya
hanya bikin betis terasa geli-geli aja. Congkak sekali bukan? :p
Day 2
Bangun pagi, menggeliat-geliat malas, lalu teringat agenda
hari ini. Lauuuutttttt!!! Langsung saja kadar excitement naik sampai tingkat maksimal. Menyambar handuk dan
langsung lari ke kamar mandi, kemudian baru teringat keharusan antre. Upsss…
Ya, karena saya tidak sendiri. Saya menginap di rumah
penduduk, bersama 4 orang lainnya. Istilah kerennya homestay, dimana penduduk menyediakan kamar-kamar dalam rumah
mereka untuk disewakan kepada turis-turis yang menginginkan penginapan murah
seperti kami. Menilik dari tempat tidur yang saya gunakan (bermotif dan
bertuliskan Kabupaten Berau), sepertinya homestay
yang ada di Pulau Derawan, difasilitasi oleh pemerintah daerah. Sangat
bagus, karena selain meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, juga bisa
memupuk the sense of self-belonging masyarakat
setempat. Mereka jadi menyadari besarnya prospek pendapatan yang akan mereka
terima karena kekayaan pariwisata yang dimiliki oleh daerah, sehingga mereka
terpacu untuk melindungi dan menjaga kekayaan tersebut, baik over maupun underwater.
Beruntungnya saya karena memiliki teman-teman serumah yang
tingkat gokilnya parah. Let me introduce
them to you! Si kokoh Medan, yang ikut trip
ini bersama teman perempuannya, Memey. Memey, teteh Bandung yang mencari sesuap nasi di Jakarta (Ciehh, istilah
guee!), merupakan teman sekamar saya. Ada lagi Riyan, cowok Jakarta yang
umurnya sama dengan saya, dan doyan banget ngerjain orang. :p Satu terakhir
adalah Tengku, berondong Medan yang merupakan mahasiswa semester 4. Cool, tapi tetep narsis! :D Lalu
Andre??? Andre dengan terpaksa bermukim di rumah penduduk lain, homestaynya berhadapan dengan homestay tempat saya tinggal. Jadi tetap
bisa diculik kalau mau kemana-mana. :D
Ki-ka: Memey, Kokoh Medan, Ibu pemilik rumah, Riyan, Tengku, and me! |
Karena acara trip kali
ini bertema Skin Dive, maka agenda di
hari kedua ini apa lagi kalau bukan snorkeling,
snorkeling, dan snorkeling!
Berasa dapet durian runtuh yang udah dikupas dalam bentuk pack-pack seperti yang dijual di supermarket rasanya. Hepi syalala
banget deh pokoknya!
Setelah sarapan pagi, rombongan trip Wisata Kita yang berjumlah 35 orang langsung cap cus ke Pulau Maratua. Terbagi dalam
2 boat, the big and small one, rombongan kami menempuh 2 jam dihajar ombak
(lagi) untuk menuju Pulau Maratua. Boat kami
tidak merapat ke Pulau ini karena memang tidak diperbolehkan (katanya). Alhasil
kami hanya bisa snorkeling di perairan dekat pulau. Terkenal sebagai turtle point, di sini kalian bisa rolling in the deep beside the turtles.
Sudah pada pernah liat iklan Djarum Adventures bukan? Sensasi itu benar-benar
bisa kalian rasakan di point ini. :)
Benar-benar seperti iklan Djarum Adventures bukan? (5) |
Sayangnya karena saking autis di dalam air, saya malah
tidak ngeh ketika peserta-peserta
lain menemukan rombongan penyu dan berfoto-foto underwater bersama keluarga penyu tersebut. Yep, disebut keluarga
karena memang beberapa ekor personilnya! Hiks, sayang sekali.
Salah satu anggota keluarga penyu (5) |
Di point ini juga
teman-teman serumah saya, yaitu Kokoh dan Riyan terpaksa harus kehilangan
alat-alat snorkel kesayangan mereka karena saking semangatnya masuk ke dalam
air. Kokoh kehilangan finnya yang
baru dibeli dan belum pernah dipakai sama sekali. Dan Riyan kehilangan snorkelnya. Hahaha, anggap saja mereka rela
demi memfasilitasi rumah baru untuk penyu atau hewan laut yang tinggal di
perairan Maratua, bukan? *menghindar dari lemparan sandal Kokoh dan Riyan :D
Perjalanan dilanjutkan menuju Pulau Kakaban, yang berjarak
tempuh sekitar setengah jam dari Pulau Maratua. Di point ini kami snorkeling lagi,
dengan arah rute menuju dermaga Pulau Kakaban. Di point ini kalian bisa melihat wall
coral yang lumayan cantik. Kenapa saya bilang lumayan? Karena belum ada yang
bisa menyingkirkan wall coral tercantik
di benak saya. Mana lagi kalau bukan: Pulau Menjangan, Bali Barat. *smooch
Bertemu Patrick! (6) |
School of fish |
Saking autisnya, saya sampai dipanggil oleh Ringga (salah
satu guide Wisata Kita) loh! Dikira
saya nyasar dan tidak paham rute. Padahal tentu saja tidak, saya memang melenceng karena ingin explore lebih jauh dan lebih lama berada
di bawah air. Hahaha, alasan klasik. Teteeepppp! :p
Ini dia makhluk yang langsung berubah autis jika sudak nyemplung ke dalam air laut (6) |
Penyebab makhluk tersebut autis: bertemu dengan yang cantik-cantik seperti coral ini. |
Acara dilanjutkan dengan pembagian makan siang dan setelahnya trekking ke Danau Kakaban. Saran saya
gunakanlah sandal yang mendukung, karena jalur menuju ke Danau Kakaban agak
licin. Bayangkan jalur kayu, beberapa anak tangga yang dikombinasikan dengan
sisa-sisa air yang menetes dari tubuh wisatawan yang lewat. That’s it! Juga jangan sekali-sekali barefoot! Jalur dari pinggir pantai ke Danau Kakaban sih sangat
mendukung jika anda ingin barefoot,
tapi perjalanan kembali dari pinggir pantai menuju kapal harus melewati dermaga
kayu yang panasnya ajubileh! Kalau
kalian tidak ingin merasakan rasanya disetrika panas matahari di telapak kaki, don’t ever try this!
Jalur trekking menuju Danau Kakaban. |
Little view from the top stair (7) |
Dan ternyataaaa….Danau Kakaban itu luasnya parahhhhh…
Luasnya diperkirakan sekitar 390 ha, dan berdinding karang terjal setinggi 50
meter. Ok, let me do some-deep-search
about this awesome lake! Asal muasal terbentuknya danau Kakaban adalah terjadinya
proses pengangkatan akibat adanya tekanan geologis selama beberapa ribu tahun. Pulau
Kakaban sendiri merupakan gugusan atol di atas permukaan laut yang terbentuk
jutaan tahun lalu. Tekanan geologis itulah yang menyebabkan atol naik di atas
permukaan laut dengan ketinggian sekitar 50 meter dan membuat sejumlah air laut
terperangkap hingga membentuk danau air laut (laguna).
Danau Kakaban (7) |
Dalam bahasa Suku Bajo, kakaban berarti memeluk. Penamaan
ini berkaitan dengan bentuk fisik Pulau Kakaban dimana atol di bagian utara
'memeluk' laguna dan terpisah dari air laut sekitarnya. Selain proses terbentuknya yang sangat unik,
Danau Kakaban juga memiliki ekosistem yang unik yang tercipta dari hasil
evolusi yang melibatkan proses kimia, fisika, dan biologi selama ribuan tahun. Ekosistem
endemik tersebut antara lain adalah jutaan ubur-ubur yang kehilangan kemampuan
menyengat, algae yang menjadi karpet di dasar danau, anemon yang berwarna putih
dan memangsa ubur-ubur, ikan-ikan, dan biota endemik lainnya. Tercatat hanya
ada dua danau air payau jenis ini di dunia: Danau Kakaban di Kepulauan Derawan
dan Jellyfish Lake di Palau, Micronesia di kawasan tenggara Laut Pasifik. Bahkan
selidik punya selidik, Danau di Palau hanya memiliki dua jenis ubur-ubur yang
tidak menyengat, sedangkan di Kakaban? Empat jenis, booo! 4
One from the four kind. Unyu-unyu banget kan... |
Berenang di danau Kakaban ini saja sudah merupakan sensasi
tersendiri. Seperti berenang di lautan cendol. Warna airnya yang hijau, dan dikerumuni
oleh stingless jellyfish yang
kenyal-kenyal gimanaaaa gitu. Bikin geli, tapi tetep asik! Saran saya jika kalian
kuat berenanglah ke tengah danau. Bukan tengah dalam arti sebenarnya tapi yang
penting jauhilah kerumunan. Semakin sepi, semakin ngaco pula jumlah ubur-ubur
yang mengerumuni kita. Really amazing!
Goin' far and far away (8) |
Jellyfish in my hand! |
Puas berfoto-foto, kami melanjutkan perjalanan ke tujuan
selanjutnya. Pulau Sangalaki! Ditempuh dengan waktu setengah jam dari Pulau
Kakaban, Pulau Sangalaki mempunyai perairan yang tenang dan pantai yang
mempesona. Benar-benar pantai yang cocok untuk tidur siang. Dan benar saja,
ketika kami datang, sudah ada bule yang dengan cueknya tidur di pasir pantai
hanya beralaskan kain tipis. :) Kenikmatan kedua adalah adanya kelapa muda yang
dijual di sini. Dengan merogoh kocek 15 ribu, kalian sudah bisa menikmati
segarnya air kelapa muda yang taken fresh
from the tree. What a wonderful day!
The sky in that day. Very beautiful! |
Sangalaki dari kejauhan: Sudah sangat mempesona :) |
Really love this beach!!! <3 |
Daripada duduk-duduk mati gaya di pinggir pantai, saya
dan Andre akhirnya memutuskan untuk explore pulau. Dan tentu saja, waktunya
narsisss!!! :p
Meet my sanctuary, and tell what I felt in silence (8) |
More than beautiful, isn't it? |
Capek, full of sweat, tapi teteppp... narsis! |
Ternyata Pulau Sangalaki cukup luas, dan setelah setengah
jam lebih berjalan dan belum juga memutari pulau, kami memutuskan untuk
kembali. Hehehe, daripada ditinggal atau seluruh rombongan terpaksa menunggu
kami berdua. Seperti kalian ketahui kurang nyamannya jika ikut tour adalah keterbatasan waktu. You can’t enjoy the time for yourself. Sudah
ada jadwal acara yang harus dipatuhi, banyaknya kepentingan yang harus
dipenuhi, dan otomatis tidak bisa seenak jidat
sendiri.
Goin' back to the boat (6) |
Agenda selanjutnya adalah berburu pari manta di perairan
dekat Pulau Sangalaki! Yep, sore hari adalah waktu yang tepat untuk melihat pari
manta di Sangalaki. Kenapa begitu? Pari manta dikenal sebagai salah satu ikan besar yang memakan plankton
(filter feeder), dan jumlah plankton
di perairan Sangalaki pada sore hari bisa dibilang kececeran saking banyaknya.
Time to eat for The Manta Rays, also time for us to swim with them, yeayy!!!
Benar saja, ketika kapal kami mulai mencapai perairan yang
dimaksud, terlihat kelepak-kelepak hitam di permukaan air. Manta Ray!!! Mulailah seluruh kapal
jerit-jerit kegirangan, dan memuaskan mata melihat kelepak-kelepak anggun
mereka di dalam air. Cantik sekali!
Sekelebatan kepak mereka di antara ombak yang dahsyat :) |
Beberapa dari kami (termasuk saya sendiri) memutuskan untuk
terjun ke air untuk melihat langsung pari manta. Byurrrr!!! Di dalam air, kami
malah tak menjumpai sekelebat pun penampakan sang manta. Mulailah saya celingak celinguk sambil siap kamera di
tangan, berjaga-jaga apabila ada pari manta yang tiba-tiba nyasar di depan
saya. Dan ternyata…tidak ada. :(
Jepretan Ridwan. Bener-bener cuman kelihatan samar. (6) |
Kesimpulan saya, pari manta ini adalah tipe yang very shy. Tidak bisa dideketin dengan
agresif, kali ya? (*mencoba menghibur diri sendiri) Setelah beberapa lama di dalam
air dengan harap-harap cemas, saya pun terpaksa mengakui ketidak beruntungan
saya kali ini. Yah, waktunya naik lagi ke atas kapal karena lumayan menguras
tenaga juga snorkelling di perairan yang
ombaknya gede ini. Di saat-saat fisik berbicara seperti ini mau tak mau harus saya akui, saya bertambah tua. Haha… :D
Time to goin’ back to
the main island: Derawan!
to be continued to Derawan Islands: Second Option but The Best Choice! (part 2)
Sumber:
1 http://id.wikipedia.org
2 http://travel.kompas.com
3 http://travel.detik.com
4 http://www.indonesia.travel
5 Courtesy of Apri Iriyanto
6 Courtesy of Wisata Kita
7 Courtesy of Chandra Pratikta
8 Courtesy of Andre
Bikin ngiler....
ReplyDeleteKapan aku bisa kesana?!
Soon! Siapin aja duitnya! :D
ReplyDeletekereen abis, 4 jempol buat kamu...
ReplyDeleteHahaha, jempol kaki jg donk berarti? :p
ReplyDeleteBtw, thanx... :)