Monday, May 27, 2013

Sarangan in the morning

Read before: "Sarangan: My Escape Plan"


Telaga Sarangan

Sarangan in the morning:

yang dalam diamnya menyadarkan saya akan pentingnya tak melakukan apa-apa selain tertawa-tawa bodoh bersama seorang saudara dan menikmati hari itu. Just that day, without blame from the past and fear for tomorrow.

The "different" air...
Muter-muter pake kuda, sapa mau?
Have fresh fruits and vegetables too...
Melaju bersama angin dan cipratan air. Ho-yeahhh!
With my brother

(“Ko, kapan ke sana lagi yuk…”)


Sarangan: My Escape Plan


Melarikan diri beberapa saat dari hiruk pikuk Surabaya, bukan menjadi alternatif lagi bagi saya. Tapi sebuah keharusan! Apalagi beberapa bulan terakhir, ketika pekerjaan menghimpit (sangat!), dan grafik income statement saya terjun bebas dari puncak. Banyak sekali pengeluaran yang harus dilakukan, dan melihat isi tabungan yang mengenaskan, membuat saya miris. Stress bukan kepalang rasanya, haha… :p

Dan kalau sudah seperti ini, solusi satu-satunya ya cuman meninggalkan kota tercinta. Daripada semakin buthek (baca: keruh) to the max, yang ujung-ujungnya malah tidak produktif dan uring-uringan tak jelas. So, I need escape plan. Really really need! :)

Where? Sebenarnya soal lokasi sempat melalui perdebatan panjang. Awalnya saya dan beberapa teman mau melipir ke Madura. Ke Pamekasan tepatnya, mengunjungi pantai-pantai indah di pesisir utara Pulau Madura. Apalagi escape plan yang lebih menarik daripada mengunjungi sanctuary saya coba? Kemping, duduk-duduk di pinggir pantai, bermalas-malasan dari matahari terbit sampai tenggelam. The art of doing nothing akan terasa sangat berharga setelah beberapa bulan terakhir harus melewati rush hour di Surabaya. Duh, indahnya duniaa…

Tapi bayangan indah itu harus buyar ketika satu-persatu jumlah peserta berguguran. Malangnya, sahabat-sahabat jalan saya harus jaga kandang, jadi tak ada satupun yang bisa diculik. Ko win lembur, DK mudik ke Sumba (dan entah kapan kembali, miss him so much, apalagi saat butuh temen buat diculik gini :p ), O’nenk jaga toko, Andre have to do some homework, Ko Bon-Bon sudah laku (eh apa hubungannya? :D ), dan lain sebagainya.  Di saat-saat gini ini, saya mikir ada untungnya juga punya cowok kali ya. Bisa diculik sewaktu-waktu, hohoho… (Busuk banget ga sih alasannya :p )

Tapi tentu saja saya tak patah arang begitu saja, mulailah usaha googling dan membujuk kanan kiri dikerahkan, hahaha… Dan jeng…jeng… bujukan saya ternyata ampuh juga, meskipun ampuhnya cuman sama satu orang saja. Call him Eko, dialah koko (baca: kakak laki-laki) angkat saya, yang ikatan persaudaraan muncul bukan karena hubungan darah, melainkan persahabatan selama bertahun-tahun. Deketnya kami berdua sudah seperti saudara kandung, kadang lebih. Dialah orang pertama tempat saya mengadu tiap ada kejadian dengan Sunset, orang yang selalu saya culik tiap kali lidah dipenuhi keinginan ngidam aneh-aneh, dan orang yang saya percaya selalu ada di belakang saya. My supporter, he’s always there when I need a hand, arm, or just an ear. :D

Peserta sudah ada, meskipun cuma dua butir tapi buat saya cukup lah daripada saya harus ber-single fighter. Selanjutnya tujuan! Where is our destination??? Jawabannya mudah, pasti kalian langsung tau dari efek membaca judul postingan blog ini. (Ga surprise banget ya? :p )

Yep, kami memutuskan melipir ke Sarangan. Terletak di Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Ikon utamanya adalah sebuah telaga, Telaga Sarangan namanya, merupakan sebuah telaga alami yang terletak di kaki Gunung Lawu. Sekedar info, Sarangan sendiri letaknya di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah, jadi sebenarnya bisa dikatakan kami hampir hopeless ketika memutuskan ingin berwisata ke titik yang jauhnya lima hingga enam jam perjalanan dari Surabaya. *big grin

Menurut saya, alasan kami berdua saat itu sangat sempurna. Get out of the city! Enjoy the scenery, breathe some fresh air, and of course… the taste of local food! Perfect reasons ,is it?

Oya, dalam perjalanan kali ini, saya menculik Sunset. Setelah service total, dan memastikan Sunset siap diajak ber-go-go, jadilah saya dan Eko meluncur bersama Sunset. Jika kalian dari tadi cemas, menahan napas sambil bertanya-tanya siapa yang duduk di belakang setir, kalian boleh lega sekarang karena Eko yang memegang tugas itu. Kami berdua sama-sama belum kawin (baca: menikah), dan tentu saja tidak mau mati konyol gara-gara my lethal skill. Hahaha… :p

Matahari tepat di atas Sunset ketika kami meluncur meninggalkan Surabaya, dan bukan Surabaya namanya jika tidak macet. Untuk melepaskan diri dari belitan kota ini, kami harus menggeliat-geliat selama satu jam lebih (Bahasanya lebaiiii…. :p ). Dan tidak hanya di Surabaya saja, di beberapa titik dalam perjalanan, Sunset harus terjepit di antara mobil-mobil yang berdesak-desakan. Macet total bo! Eko harus mengerahkan segala macam trik, mulai dari grasak-grusuk di sisi jalan berbatu, sampai menggunakan jalan alternatif hasil dari membuntuti sebuah mobil travel. Alhasil, setelah hampir enam jam barulah kami sampai di Madiun. Perut sudah berunjuk rasa akibat belum diisi sejak siang, dan apalagi menu wajib jika berkunjung ke kota Madiun jika bukan PECEEELLLL!!!

Harus dicoba: Nasi Pecel Bu Wo (Depan Carrefour Madiun)
Eko mengajak saya untuk mencoba nasi pecel di depot langganannya setiap berkunjung ke kota Madiun, yaitu Depot Nasi Pecel Mirasa “Bu Wo”. Entah karena doyan atau sangat-sangat kelaparan, menurut saya nasi pecel Bu Wo benar-benar sangat enaaaaaaaak! Kombinasi nasi panas, pecel dengan sayur segar dan bumbu mantap, lauk yang bisa kalian pilih sendiri (saya memilih ayam, of course!), peyek serta keripik tempe, wihhhh… muanteeppp tuenannn…. (Mulai ketularan berbahasa “Tengah”). Jangan bandingkan dengan steak atau pizza, karena citarasa nya benar-benar tak tergantikan. Belum lagi sensasi makan langsung dengan tangan, pincuk’an nasi yang terbuat dari daun pisang, dan keharusan trik nyebul (baca: meniup) karena nasi yang benar-benar mengepul saking panasnya, muanteeeeppppppp!!! 

Setelah naga-naga di perut puas, kami melanjutkan perjalanan ke Sarangan. Waktu menunjukkan pukul tujuh malam ketika kami sampai di lokasi. Dan tak disangka, ramenya boooo… Tak diduga ternyata Sarangan menjadi lokasi wisata yang digemari penduduk sekitar Magetan, terutama pada saat weekend. Banyak sekali mobil-mobil dengan plat Jawa Tengah atau Jawa Timur yang berkeliaran di sekitar lokasi. Dan tentu saja, minusnya pergi tanpa preparation, kami kehabisan kamar di homestay langganan. Untungnya ada homestay lain, dengan harga sama-sama murah, yang masih memiliki kamar kosong sehingga kami tidak terdampar bermalam di dalam Sunset, hehehe… 

Jika kalian ingin menginap di Sarangan, dan ingin booking terlebih dahulu, kalian bisa coba menghubungi homestay Pak Karidin (Hp: 0813-35115797). Jl Bantar Angin N 212 Timur Telaga RT 7 RW 1. Telp: 0351-889233. Bersih, kamar mandi dalam, dua springbed single, dan yang pasti ada fasilitas air panasnya. Entah itu dalam bentuk teko untuk menyeduh teh atau kopi, atau dalam bentuk guyuran air di kamar mandi. Sangat sesuai untuk manusia yang tak tahan dingin seperti saya, hihihi… :p

Cukup merogoh kocek sebesar 100 ribu pada hari biasa dan 150 ribu saat weekend, kalian sudah bisa menikmati fasilitas seperti yang saya sebutkan di atas (Ihh, koq jadi ngiklan ya…). Pilihan homestay sebenarnya sangat banyak, jadi sebenarnya jangan kuatir untuk go-show seperti yang kami lakukan. Tetapi untuk yang suka “pasti-pasti” dan ingin booking lebih dulu, juga tidak ada salahnya koq. The choice is yours…  :D

Seperti yang saya kemukakan di atas, Sarangan is the area where you can definitely breathe some fresh air! Hawanya sejuk, cenderung dingin, jadi saya sarankan untuk membawa jaket untuk kalian-kalian yang tidak betah dingin (like me!). :D

Hiburan malam hari adalah….tidak ada. Ya, jangan mengharapkan munculnya café-café hip, karena sejauh pendengaran saya tidak ada musik yang terdengar selain karaoke dangdut ala ibu-bapak kelurahan. Untuk sinyal, entah kenapa IM3 saya selalu tidak bisa diandalkan jika diajak melipir ke daerah. Alhasil, saya mati gaya. Yeahhh, menyesal sekali rasanya ketika membayangkan laptop yang batal saya bawa di detik-detik terakhir. Hiks… 

Dan ketika mati gaya, hujan rintik-rintik, hawa dingin, apalagi pelampiasannya kalau bukan…MAKAN! Menurut saya, Sarangan merupakan salah satu surga snacking. Dalam sekejap, perut saya sudah diisi oleh Sate Kelinci, Pisang Cokelat Keju Bakar, dan Bakso. Hahaha, jangan melotot dan berpikir apakah saya rakus, karena saya akui saat itu saya memang benar-benar rakus. Wkwkwk…

Sate Kelinci: Nyeeeemmmm! :9
And I tell you a little secret… Acara setelah itu adalah kami bergelung manis di atas bed masing-masing, nonton Wigan vs Tottenham, setelah itu disambung dengan Newcastle vs Liverpool, ditemani 50 tusuk sate kelinci (again???), Lays ukuran jumbo, and a lot of beer. Totally the art of doing nothing…

Pada suatu moment, di antara pertarungan Newcastle vs Liverpool, saya tertidur nyenyak, ditemani suara sayup-sayup angin yang terdengar dari jendela yang memang kami biarkan terbuka, dan melupakan semua masalah, meskipun sejenak… :)

Tuesday, May 14, 2013

When you let me go...

 "'Cause you only need the light, when it's burning low.
 Only miss the sun, when it starts to snow.
 Only know you love her, when you let her go.
 Only know you've been high, when you're feeling low.
 Only hate the road, when you're missing home.
 Only know you love her, when you let her go.
 And you let her go..."

(Passenger)
 
 (Anehnya aku tak mau pergi. Namun juga tak mau kembali.
Hanya ingin duduk di sini, sebentar saja. Sampai sanggup berdiri, berlari, tanpa menoleh lagi)

Sunday, May 12, 2013

Sup Kaki Sapi: Mana kaki sapinya???


Petualangan lidah  kali ini mengantarkan saya ke sebuah warung yang terletak di Jalan Kapas Krampung No. 236, Surabaya. Warung yang menyuguhkan the special soup  khas kota Jakarta (katanya… :D ), Sup Kaki Sapi namanya. Strange name, huh? Tapi tenang...isi sup ini tak ada yang memperlihatkan potongan-potongan kaki sapi koq. Jadi, amaann... :D Sup ini memiliki rasa yang menurut saya benar-benar unik. Berkuah keruh (disebabkan oleh santan sepertinya), tapi anehnya tidak bikin eneg. Mungkin karena adanya kombinasi irisan tomat segar dan sesuatu yang menurut saya mirip lento (Ya, lento yang sama seperti dalam Tahu Campur). Ditambah dengan kripik melinjo dan irisan bawang prei ditaburkan di atas sup, plus beberapa tetes sari jeruk limau (ini option sih, jadi sesuai selera masing-masing), sambil ditemani sambal yang pedasnya bikin mulut ber huh-hah (saking pedesnya) dan acar yang terbuat dari timun-wortel-bawang merah-lombok kecil, wihhh…maaaak ‘nyouzzzzzzz. ;)

Untuk dagingnya sendiri, bisa memilih mau daging bagian apa. Mau campur seperti kesukaan saya (isinya campuran babat, tulang muda, dan daging), atau yang isinya bener-bener daging (tanpa bagian tubuh sapi yang aneh-aneh, hahaha…) juga bisa. Cukup merogoh kocek sebesar 18 ribu Rupiah, dan kalian sudah bisa merasakan enaknya sup bikinan Pak Muji ini. For your information, warung ini cuma buka malam hari, dan merupakan public secret kalo enaknya bikin ketagihan. Sluuurrrppp! *nyedot air liur yang ngumpul di mulut dan berindikasi mau netes (Yaikss! :p ).

Maafin kalo fotonya jelek. Foto-sambil-nahan-keinginan-untuk-segera-menghabiskan-isi-mangkuk-sampai-licin-soalnya. :-$

Saturday, May 11, 2013

Cwie Mie Gang Djangkrik: Nah ini baru enak!

Porsinya agak mengerikan untuk ukuran perut imut seperti saya (eh, salah ya?) The price is around 30k. Lumayan murah melihat banyaknya daging yang bertebaran dimana-mana. Fyi, non-halal yaaa.... :D.


Tak menyangka bisa menemukan Depot Gang Djangkrik di Surabaya. Ya, depot yang khas dengan Cwie Mie nya yang enak sangat itu ternyata buka cabang di Surabaya! Ga harus jauh-jauh cap cus ke Malang lagi kalau ingin icip-icip Mie Gang Djangkrik yang udah ngetop sejak jaman bokap-nyokap muda ini. Ya udahlah, daripada panjang lebar promosinya dan malah bikin iler kalian netes seember, buruan deh ke sini… :p

Depot Gang Djangkrik

Malang:
Jl. Kawi Kios 26 (Pusat). Telp: (0341) 566 283.
Jl. Let Jend Sutoyo 136. Telp: (0341) 480 430-31.
Jl. Simpang Borobudur 1A. Telp: (0341) 496 980.
Food Court Malang Town Square LS 11-12.

Surabaya:
Ruko Grand Sungkono Blok A-7.
Jl. Mayjend Sungkono 176-178.
Telp: (031) 567 0755, 563 2586.