Melarikan diri beberapa saat dari hiruk pikuk Surabaya,
bukan menjadi alternatif lagi bagi saya. Tapi sebuah keharusan! Apalagi
beberapa bulan terakhir, ketika pekerjaan menghimpit (sangat!), dan grafik income statement saya terjun bebas dari
puncak. Banyak sekali pengeluaran yang harus dilakukan, dan melihat isi
tabungan yang mengenaskan, membuat saya miris. Stress bukan kepalang rasanya,
haha… :p
Dan kalau sudah seperti ini, solusi satu-satunya ya cuman
meninggalkan kota tercinta. Daripada semakin buthek (baca: keruh) to the
max, yang ujung-ujungnya malah tidak produktif dan uring-uringan tak jelas.
So, I need escape plan. Really really
need! :)
Where? Sebenarnya
soal lokasi sempat melalui perdebatan panjang. Awalnya saya dan beberapa teman
mau melipir ke Madura. Ke Pamekasan tepatnya, mengunjungi pantai-pantai indah
di pesisir utara Pulau Madura. Apalagi escape
plan yang lebih menarik daripada mengunjungi sanctuary saya coba? Kemping, duduk-duduk di pinggir pantai,
bermalas-malasan dari matahari terbit sampai tenggelam. The art of doing nothing akan terasa sangat berharga setelah beberapa
bulan terakhir harus melewati rush hour di
Surabaya. Duh, indahnya duniaa…
Tapi bayangan indah itu harus buyar ketika satu-persatu
jumlah peserta berguguran. Malangnya, sahabat-sahabat jalan saya harus jaga
kandang, jadi tak ada satupun yang bisa diculik. Ko win lembur, DK mudik ke
Sumba (dan entah kapan kembali, miss him
so much, apalagi saat butuh temen buat diculik gini :p ), O’nenk jaga toko,
Andre have to do some homework, Ko
Bon-Bon sudah laku (eh apa hubungannya? :D ), dan lain sebagainya. Di saat-saat gini ini, saya mikir ada
untungnya juga punya cowok kali ya. Bisa diculik sewaktu-waktu, hohoho… (Busuk
banget ga sih alasannya :p )
Tapi tentu saja saya tak patah arang begitu saja, mulailah
usaha googling dan membujuk kanan
kiri dikerahkan, hahaha… Dan jeng…jeng…
bujukan saya ternyata ampuh juga, meskipun ampuhnya cuman sama satu orang saja.
Call him Eko, dialah koko (baca:
kakak laki-laki) angkat saya, yang ikatan persaudaraan muncul bukan karena
hubungan darah, melainkan persahabatan selama bertahun-tahun. Deketnya kami
berdua sudah seperti saudara kandung, kadang lebih. Dialah orang pertama tempat
saya mengadu tiap ada kejadian dengan Sunset, orang yang selalu saya culik tiap
kali lidah dipenuhi keinginan ngidam aneh-aneh,
dan orang yang saya percaya selalu ada di belakang saya. My supporter, he’s always there when I need a hand, arm, or just an
ear. :D
Peserta sudah ada, meskipun cuma dua butir tapi buat saya
cukup lah daripada saya harus ber-single
fighter. Selanjutnya tujuan! Where is
our destination??? Jawabannya mudah, pasti kalian langsung tau dari efek
membaca judul postingan blog ini. (Ga
surprise banget ya? :p )
Yep, kami memutuskan melipir
ke Sarangan. Terletak di Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Ikon utamanya adalah sebuah telaga, Telaga Sarangan namanya, merupakan sebuah
telaga alami yang terletak di kaki Gunung Lawu. Sekedar info, Sarangan sendiri
letaknya di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah, jadi sebenarnya bisa
dikatakan kami hampir hopeless ketika
memutuskan ingin berwisata ke titik yang jauhnya lima hingga enam jam
perjalanan dari Surabaya. *big grin
Menurut saya, alasan kami berdua saat itu sangat sempurna. Get out of the city! Enjoy the scenery,
breathe some fresh air, and of course… the taste of local food! Perfect reasons
,is it?
Oya, dalam perjalanan kali ini, saya menculik Sunset.
Setelah service total, dan memastikan
Sunset siap diajak ber-go-go, jadilah
saya dan Eko meluncur bersama Sunset. Jika kalian dari tadi cemas, menahan
napas sambil bertanya-tanya siapa yang duduk di belakang setir, kalian boleh
lega sekarang karena Eko yang memegang tugas itu. Kami berdua sama-sama belum kawin (baca: menikah), dan tentu saja
tidak mau mati konyol gara-gara my lethal
skill. Hahaha… :p
Matahari tepat di atas Sunset ketika kami meluncur
meninggalkan Surabaya, dan bukan Surabaya namanya jika tidak macet. Untuk melepaskan
diri dari belitan kota ini, kami harus menggeliat-geliat selama satu jam lebih
(Bahasanya lebaiiii…. :p ). Dan tidak hanya di Surabaya saja, di beberapa titik
dalam perjalanan, Sunset harus terjepit di antara mobil-mobil yang
berdesak-desakan. Macet total bo! Eko harus mengerahkan segala macam trik,
mulai dari grasak-grusuk di sisi
jalan berbatu, sampai menggunakan jalan alternatif hasil dari membuntuti sebuah
mobil travel. Alhasil, setelah hampir
enam jam barulah kami sampai di Madiun. Perut sudah berunjuk rasa akibat belum
diisi sejak siang, dan apalagi menu wajib jika berkunjung ke kota Madiun jika bukan
PECEEELLLL!!!
Harus dicoba: Nasi Pecel Bu Wo (Depan Carrefour Madiun)
|
Eko mengajak saya untuk mencoba nasi pecel di depot
langganannya setiap berkunjung ke kota Madiun, yaitu Depot Nasi Pecel Mirasa “Bu
Wo”. Entah karena doyan atau sangat-sangat kelaparan, menurut saya nasi pecel
Bu Wo benar-benar sangat enaaaaaaaak! Kombinasi nasi panas, pecel dengan sayur
segar dan bumbu mantap, lauk yang bisa kalian pilih sendiri (saya memilih ayam,
of course!), peyek serta keripik
tempe, wihhhh… muanteeppp tuenannn…. (Mulai ketularan berbahasa “Tengah”). Jangan
bandingkan dengan steak atau pizza, karena citarasa nya benar-benar
tak tergantikan. Belum lagi sensasi makan langsung dengan tangan, pincuk’an nasi yang terbuat dari daun
pisang, dan keharusan trik nyebul (baca:
meniup) karena nasi yang benar-benar mengepul saking panasnya, muanteeeeppppppp!!!
Setelah naga-naga di perut puas, kami melanjutkan perjalanan
ke Sarangan. Waktu menunjukkan pukul tujuh malam ketika kami sampai di lokasi.
Dan tak disangka, ramenya boooo… Tak diduga ternyata Sarangan menjadi lokasi
wisata yang digemari penduduk sekitar Magetan, terutama pada saat weekend. Banyak sekali mobil-mobil
dengan plat Jawa Tengah atau Jawa Timur yang berkeliaran di sekitar lokasi. Dan
tentu saja, minusnya pergi tanpa preparation,
kami kehabisan kamar di homestay langganan.
Untungnya ada homestay lain, dengan
harga sama-sama murah, yang masih memiliki kamar kosong sehingga kami tidak
terdampar bermalam di dalam Sunset, hehehe…
Jika kalian ingin menginap di Sarangan, dan ingin booking terlebih dahulu, kalian bisa coba
menghubungi homestay Pak Karidin (Hp:
0813-35115797). Jl Bantar Angin N 212 Timur Telaga RT 7 RW 1. Telp: 0351-889233.
Bersih, kamar mandi dalam, dua springbed
single, dan yang pasti ada fasilitas air panasnya. Entah itu dalam bentuk
teko untuk menyeduh teh atau kopi, atau dalam bentuk guyuran air di kamar
mandi. Sangat sesuai untuk manusia yang tak tahan dingin seperti saya, hihihi…
:p
Cukup merogoh kocek sebesar 100 ribu pada hari biasa dan 150
ribu saat weekend, kalian sudah bisa
menikmati fasilitas seperti yang saya sebutkan di atas (Ihh, koq jadi ngiklan
ya…). Pilihan homestay sebenarnya
sangat banyak, jadi sebenarnya jangan kuatir untuk go-show seperti yang kami lakukan. Tetapi untuk yang suka “pasti-pasti”
dan ingin booking lebih dulu, juga
tidak ada salahnya koq. The choice is
yours… :D
Seperti yang saya kemukakan di atas, Sarangan is the area where you can
definitely breathe some fresh air! Hawanya sejuk, cenderung dingin, jadi
saya sarankan untuk membawa jaket untuk kalian-kalian yang tidak betah dingin (like me!). :D
Hiburan malam hari adalah….tidak ada. Ya, jangan
mengharapkan munculnya café-café hip, karena
sejauh pendengaran saya tidak ada musik yang terdengar selain karaoke dangdut
ala ibu-bapak kelurahan. Untuk sinyal, entah kenapa IM3 saya selalu tidak bisa
diandalkan jika diajak melipir ke
daerah. Alhasil, saya mati gaya. Yeahhh, menyesal sekali rasanya ketika
membayangkan laptop yang batal saya bawa di detik-detik terakhir. Hiks…
Dan ketika mati gaya, hujan rintik-rintik, hawa dingin,
apalagi pelampiasannya kalau bukan…MAKAN! Menurut saya, Sarangan merupakan
salah satu surga snacking. Dalam
sekejap, perut saya sudah diisi oleh Sate Kelinci, Pisang Cokelat Keju Bakar,
dan Bakso. Hahaha, jangan melotot dan berpikir apakah saya rakus, karena saya
akui saat itu saya memang benar-benar rakus. Wkwkwk…
Sate Kelinci: Nyeeeemmmm! :9
|
And I tell you a
little secret… Acara setelah itu adalah kami bergelung manis di atas bed masing-masing, nonton Wigan vs
Tottenham, setelah itu disambung dengan Newcastle vs Liverpool, ditemani 50
tusuk sate kelinci (again???), Lays
ukuran jumbo, and a lot of beer. Totally
the art of doing nothing…
Pada suatu moment,
di antara pertarungan Newcastle vs Liverpool, saya tertidur nyenyak, ditemani
suara sayup-sayup angin yang terdengar dari jendela yang memang kami biarkan
terbuka, dan melupakan semua masalah, meskipun sejenak… :)
Thx buat recommend nya. Kamar ok. Ada kopi n air panas. Walau tempatnya agak di dalam but overall baguslah. Murah lg cuma 100. Walaupun penghuninya cuma aku seorang wkwkwk
ReplyDelete