“Lebih baik terjatuh karena mencoba berlari, daripada hanya
mengkomentari tapi tak pernah berani…”
Hei, mengapa tiba-tiba saya menulis quotes di atas? Alasannya adalah Sunset. Yang pada bingung Sunset itu apa atau
siapa, baca post saya bertitle Launching for Sunset.
Me, behind the wheel. |
Yang pertama terlintas dalam benak saya ketika belajar
mengemudi adalah, “Siapa bilang mengemudi itu mudah???”. Mengemudi itu sulit!
Apalagi buat seseorang yang awam dan berpengetahuan nol besar dalam hal terjun
langsung di jalan raya (like me!).
Oke, saya perjelas saja supaya kalian tidak bingung. Sebelum bergelut dengan
Sunset, saya adalah orang yang tidak
bisa mengendarai sepeda, sepeda motor, apalagi becak! (Buat yang mikir saya
bisa menyetir becak karena betis saya mirip tukang becak, segera hapuskan pikiran
itu dari benak kalian!)
Weits, parah sekali bukan? Ya, sebelumnya saya adalah tipe
orang yang duduk manis di kursi penumpang, atau tipe yang pencet-pencet BeBe
dengan antengnya di jok belakang
motor, atau bahkan tipe yang terkantuk-kantuk di dalam angkutan umum. Boro-boro
tau haluan itu apa, hapal rambu saja tidak! :p Tombol on saya baru akan nyala ketika sampai di tempat tujuan. Tingkat curiosity saya terhadap apa yang terjadi
di jalan sama dengan nol. Dan jangan heran ketika kalian menanyakan jalan Surabaya
kepada seseorang yang sudah dua puluh lima tahun
hidup-tinggal-dan-mondar-mandir-ke-seluruh-penjuru-Surabaya, tapi orang
tersebut tidak tau jalan mana yang kalian maksud, karena…jeng-jeng…orang itu adalah saya. *palmface
Dan segala kesulitan personal yang saya miliki itu digabung
oleh incapability-of-usual-skills-which-everybody-can-do-it.
Hahaha, ya, terpaksa di post ini
saya bongkar rahasia. Kelemahan terbesar saya adalah ketika sebagian besar
orang bisa melakukan hal-hal tertentu, saya tidak. Contohnya: bersiul, naik
ayunan, naik sepeda, meniup permen karet, dan banyak hal remeh lainnya yang
sejuta umat pun mampu melakukannya. Saya? Envy
to the max…
Eits, dan jangan bilang saya tidak mencoba atau takut
mencoba. Rasanya sudah total sekali saya mencoba hal-hal yang disebutkan di
atas. Buktinya baret-baret di lutut, siku, tangan, dan kaki akibat terjatuh
dari sepeda. Belum lagi bungkus-bungkus permen karet yang memenuhi keranjang
sampah saking banyaknya, atau ayunan di deket rumah Dee, sahabat saya, yang sampai
berunjuk rasa dengan bunyi kriet-kriet akibat terlalu sering saya
jadikan uji coba. :p Yah, saya sadari kesalahan terbesar saya adalah berhenti
mencoba, tapi setidaknya saya mencoba. Dan meskipun sekarang saya berhenti,
suatu saat saya akan mencoba kembali. Saya bukan tidak bisa, hanya belum bisa. Suatu
saat nanti, pasti bisa! *memotivasi-diri-sendiri
Back to the topic! Ketika
belajar mengemudi dan mem-push diri
sendiri bahwa saya harus bisa menaklukkan skill
yang satu ini, saya mengalami kendala yang sangat besar. Kendalanya ya saya
sendiri. Saraf-saraf motorik dan otak saya. Duhhh, susah sekali rasanya
mensinkronkan otak-kaki-tangan-mata secara bersamaan. Belum lagi pressure ketika harus terpaksa lewat di
gang kecil + sempit + banyak motor dan anak kecil seliweran. Hadehhhh….
Ampunnnnn!!!!
Nah terus apa yang harus saya lakukan??? Apa saya harus
berhenti? Atau “nyetir terus pantang mundur”???
Di sinilah saya diingatkan kembali bahwa life is a choice. Your choice. My choice. Dan
pilihan saya adalah menggenapi janji pada diri sendiri. SAYA HARUS BERANI! SAYA
HARUS BISA! (Hahaha, segitu berapi-apinya nih sampai ngetiknya sambil semangat neken huruf capslock :D ) Saya tak mau patah arang seperti yang sudah-sudah. Jadi di
sanalah saya duduk, di belakang setir Sunset, meskipun badan Sunset carut marut
hasil peperangan (baca: kebodohan) saya, meskipun setiap berada di jalan raya
saya masih saja grogi, meskipun mimpi-mimpi buruk saya dibayangi oleh “accident” yang terjadi, at least…saya masih di sana. Berperang
dengan kelemahan dan ketakutan diri sendiri, terus menerus memotivasi mental cupu saya, dan mencamkan bahwa pilihan
yang saya punya adalah keep struggling,
keep fighting, keep running. Meskipun
jatuh, bangkit, jatuh lagi, saya akan tetap berlari, sampai garis finish! You go, girl!
Sunset: Tough! (Seperti majikannya, xixixi...) |
(Dan ini bukan melulu tentang Sunset. Apapun masalah yang
kalian hadapi sekarang, face it! Saya
percaya, jika saya yang bodoh soal setir-menyetir ini saja bisa melaju bersama
Sunset, pasti kalian juga bisa, apapun masalahnya. Keep running! Saya nyuri start
dulu yaaa, sampai ketemu di garis finish!
:D )
No comments:
Post a Comment