Thursday, May 9, 2013

Pelajaran untuk tetap berlari


“Lebih baik terjatuh karena mencoba berlari, daripada hanya mengkomentari tapi tak pernah berani…”

Hei, mengapa tiba-tiba saya menulis quotes di atas? Alasannya adalah  Sunset. Yang pada bingung Sunset itu apa atau siapa, baca post saya bertitle Launching for Sunset


Me, behind the wheel.

Yang pertama terlintas dalam benak saya ketika belajar mengemudi adalah, “Siapa bilang mengemudi itu mudah???”. Mengemudi itu sulit! Apalagi buat seseorang yang awam dan berpengetahuan nol besar dalam hal terjun langsung di jalan raya (like me!). Oke, saya perjelas saja supaya kalian tidak bingung. Sebelum bergelut dengan Sunset, saya  adalah orang yang tidak bisa mengendarai sepeda, sepeda motor, apalagi becak! (Buat yang mikir saya bisa menyetir becak karena betis saya mirip tukang becak, segera hapuskan pikiran itu dari benak kalian!)

Weits, parah sekali bukan? Ya, sebelumnya saya adalah tipe orang yang duduk manis di kursi penumpang, atau tipe yang pencet-pencet BeBe dengan antengnya di jok belakang motor, atau bahkan tipe yang terkantuk-kantuk di dalam angkutan umum. Boro-boro tau haluan itu apa, hapal rambu saja tidak! :p Tombol on saya baru akan nyala ketika sampai di tempat tujuan. Tingkat curiosity saya terhadap apa yang terjadi di jalan sama dengan nol. Dan jangan heran ketika kalian menanyakan jalan Surabaya kepada seseorang yang sudah dua puluh lima tahun hidup-tinggal-dan-mondar-mandir-ke-seluruh-penjuru-Surabaya, tapi orang tersebut tidak tau jalan mana yang kalian maksud, karena…jeng-jeng…orang itu adalah saya. *palmface

Dan segala kesulitan personal yang saya miliki itu digabung oleh incapability-of-usual-skills-which-everybody-can-do-it. Hahaha, ya, terpaksa di post ini saya bongkar rahasia. Kelemahan terbesar saya adalah ketika sebagian besar orang bisa melakukan hal-hal tertentu, saya tidak. Contohnya: bersiul, naik ayunan, naik sepeda, meniup permen karet, dan banyak hal remeh lainnya yang sejuta umat pun mampu melakukannya. Saya? Envy to the max

Eits, dan jangan bilang saya tidak mencoba atau takut mencoba. Rasanya sudah total sekali saya mencoba hal-hal yang disebutkan di atas. Buktinya baret-baret di lutut, siku, tangan, dan kaki akibat terjatuh dari sepeda. Belum lagi bungkus-bungkus permen karet yang memenuhi keranjang sampah saking banyaknya, atau ayunan di deket rumah Dee, sahabat saya, yang sampai berunjuk rasa  dengan bunyi kriet-kriet akibat terlalu sering saya jadikan uji coba. :p Yah, saya sadari kesalahan terbesar saya adalah berhenti mencoba, tapi setidaknya saya mencoba. Dan meskipun sekarang saya berhenti, suatu saat saya akan mencoba kembali. Saya bukan tidak bisa, hanya belum bisa. Suatu saat nanti, pasti bisa! *memotivasi-diri-sendiri

Back to the topic! Ketika belajar mengemudi dan mem-push diri sendiri bahwa saya harus bisa menaklukkan skill yang satu ini, saya mengalami kendala yang sangat besar. Kendalanya ya saya sendiri. Saraf-saraf motorik dan otak saya. Duhhh, susah sekali rasanya mensinkronkan otak-kaki-tangan-mata secara bersamaan. Belum lagi pressure ketika harus terpaksa lewat di gang kecil + sempit + banyak motor dan anak kecil seliweran. Hadehhhh…. Ampunnnnn!!!!

Nah terus apa yang harus saya lakukan??? Apa saya harus berhenti? Atau “nyetir terus pantang mundur”???

Di sinilah saya diingatkan kembali bahwa life is a choice. Your choice. My choice. Dan pilihan saya adalah menggenapi janji pada diri sendiri. SAYA HARUS BERANI! SAYA HARUS BISA! (Hahaha, segitu berapi-apinya nih sampai ngetiknya sambil semangat neken huruf capslock :D ) Saya tak mau patah arang seperti yang sudah-sudah. Jadi di sanalah saya duduk, di belakang setir Sunset, meskipun badan Sunset carut marut hasil peperangan (baca: kebodohan) saya, meskipun setiap berada di jalan raya saya masih saja grogi, meskipun mimpi-mimpi buruk saya dibayangi oleh “accident” yang terjadi, at least…saya masih di sana. Berperang dengan kelemahan dan ketakutan diri sendiri, terus menerus memotivasi mental cupu saya, dan mencamkan bahwa pilihan yang saya punya adalah keep struggling, keep fighting, keep running. Meskipun jatuh, bangkit, jatuh lagi, saya akan tetap berlari, sampai garis finish! You go, girl!

Sunset: Tough! (Seperti majikannya, xixixi...)

(Dan ini bukan melulu tentang Sunset. Apapun masalah yang kalian hadapi sekarang, face it! Saya percaya, jika saya yang bodoh soal setir-menyetir ini saja bisa melaju bersama Sunset, pasti kalian juga bisa, apapun masalahnya. Keep running! Saya nyuri start dulu yaaa, sampai ketemu di garis finish! :D )

No comments:

Post a Comment