Saturday, May 11, 2013

Predator Mutlak


Semua pasti pernah belajar Biologi kan? Pasti pernah belajar tentang Piramida Makanan bukan? Meskipun sebenarnya saya paling tidak suka pelajaran IPA, sedikit-sedikit masih ada lah ilmu yang nyantol ke otak saya. Haha… :D

Yep, pada saat kita semua masih kecil, kita dijejali dengan pengetahuan-pengetahuan dasar tentang kehidupan. Disebutlah singa sebagai predator tertinggi di hutan, dan hiu sebagai predator tertinggi di laut. Tapi akhir-akhir ini saya menyadari adanya dominasi makhluk yang sebenarnya merupakan predator mutlak. Berdarah dingin, baik di darat atau di laut. Makhluk apakah itu? Jawabannya mudah, MANUSIA.

Jangan menuduh saya apatis terhadap sesama, karena alasan sebenarnya saya mengulik topik ini karena memang itulah opini yang terbentuk di otak saya berdasarkan fakta-fakta yang terjadi. Kalian pikir hiu itu mengerikan??? Lebih mengerikan mana dengan makhluk bernama manusia yang menangkap hiu, mengambil siripnya, lalu sisa tubuhnya dibuang lagi ke laut. Kalian pikir harimau menakutkan? Cobalah menengok jumlahnya yang semakin lama semakin tipis di bumi ini. Alasan perburuan terhadap binatang ini juga sangat pathetic, apalagi kalau bukan memuaskan manusia. Memiliki accessories dengan bahan kulit asli, atau bahkan mengawetkan binatang tersebut untuk dijadikan hiasan rumah, menjadi reason perburuan terhadap binatang ini dan banyak binatang lain. Really pathetic, right? :(

Very cruel :(
Kita sebagai manusia selalu menuntut diperlakukan istimewa, dihadirkan hak-hak “perikemanusiaan”nya. Tapi pernahkah kita menyadari bahwa sering kali kita tidak ber”perikebinatangan”??? Menganggap diri kita sebagai makhluk dengan derajat yang lebih tinggi, dan tanpa pikir panjang bersikap seenak jidat kepada makhluk lain. Tidak usah deh kita muluk-muluk ikut gerakan Save Shark dan lain sebagainya, jika aktualnya pada tindakan-tindakan sederhana saja kita tidak bisa menghargai alam. 

Oke, saya menulis postingan ini bukan untuk menghakimi siapa pun. Saya pun sebagai manusia juga tidaklah sempurna, dan sama sekali tidak punya otoritas untuk membenarkan atau menyalahkan. Itu jatah Tuhan, bukan saya. Tapi biarlah kali ini saya share sedikit kesebelan saya ketika menemukan label-label predator mutlak tersebut di jidat beberapa orang yang saya temui pada saat travelling. Karena meskipun berasal dari spesies sama, jujur saya sebel sekali melihat hal-hal keterlaluan yang dilakukan oleh spesies saya lainnya.

Baru-baru ini saya ke Derawan, dan tiga kali dibuat sebel. Pertama ketika di Danau Kakaban, bertemu dengan stingless jellyfish. Saya sangat-sangat mengerti tentang niat untuk narsis, karena darah saya juga dialiri zat yang sama. :p Yang saya tidak mengerti adalah ketika saking asiknya narsis, ada beberapa orang yang mengangkat jellyfish menggunakan tangan, tanpa air, dan digilir untuk difoto. Beberapa bahkan saking gemes karena keunyuan si jellyfish, agak meremas jellyfish itu. The final result is…jellyfishnya jadi letoy pada saat dibalikin lagi ke danau. Arrrggghhhhh!!!!

Kesebelan kedua adalah ketika di laut, sudah diberikan penjelasan panjang kali lebar kali tinggi tentang jangan menginjak karang bla bla bla, masih banyak sekali manusia yang dengan santainya nangkring di atas karang yang masih sehat. Saya ulangi: karang yang masih sehat. Yang otomatis jadi tergores fin, bahkan ada yang patah! Yang akhirnya jadi tidak sehat karena ulah siapa coba?!

Oke, saya maklum jika kondisi darurat. Saya sendiri pernah karena kebodohan sendiri terbawa arus ke daerah perairan yang terumbu karangnya rendah alias dekat sekali dengan permukaan air laut. Alhasil badan saya nyangkut, dan saya mematahkan beberapa terumbu. Sangat bersalah tentunya, saya pun meminimalisasi gerakan dan berupaya sedapat mungkin kembali ke perairan yang agak dalam meskipun itu berarti sedikit menggores-gores badan sendiri. Tak apalah, karena kebodohan saya sendiri juga. :D
Posisi darurat lain adalah ketika di laut, mask atau snorkel saya kemasukan air. Otomatis saya harus membetulkan mask atau snorkel saya. Tapi bukan berarti dengan alas an itu saya boleh seenaknya nangkring di atas terumbu karang kan??? Saya bagi sedikit jurus-jurus alternative deh buat kalian yang mengalami situasi “terjepit” seperti saya. Alternatif pertama adalah menahan napas sedikit, berenang ke perairan dalam, dan watertrappen. Alternatif kedua, mencari perairan dangkal dengan dasar pasir atau terumbu karang mati (bisa langsung kelihatan koq) dan berdiri bebas. Tidak merugikan siapa-siapa atau apa-apa bukan?

Kesebelan ketiga adalah ketika munculnya seekor penyu di deket homestay. Penyu dipegang erat-erat, diajakin foto sambil diposisikan secara vertikal atau horizontal di bawah permukaan air. Yep, lagi-lagi alasannya apa lagi coba kalau bukan gara-gara narsis! Hanya demi kepentingan fotografi! Bahkan ada yang foto sambil menunggangi penyu! Really crazy, huh?! *mulai nyolot

Buat yang ngerasa okay with it, coba deh saya beri ilustrasi. Kalian sedang jalan-jalan di mall nih, ada segerombolan orang yang tiba-tiba mendekati kalian, menarik-narik, memegang-megang tangan kalian, memaksa kalian foto bersama mereka. Yang parahnya lagi mereka tidak membolehkan kalian pergi, lalu digilir, dioper ke sana kemari untuk berfoto dengan mereka satu-persatu. Beberapa bahkan ada yang mencoba berfoto dengan pose menunggangi kalian! Still feel okay with it? :x

Yep, itu hanya tiga contoh kesebelan saya. Jika didata panjang, bisa-bisa postingan ini berisi daftar panjang nan membosankan. Bisa juga malah membuat tekanan darah saya naik karena saking berapi-api saat mengetik huruf-huruf dalam daftar tersebut. Haha… :-p

Tapi setidaknya kesebelan-kesebelan itulah juga yang terus mengingatkan saya. Bukan untuk merasa diri benar, tapi untuk terus menerus koreksi diri. Terus menerus mengingatkan saya pula bahwa saya bukanlah predator mutlak, bukan pula pemilik bumi, jadi wajib hukumnya saya menghargai makhluk-makhluk lain yang menggunakan fasilitas sama seperti saya dalam zona pemberian Tuhan ini. :) Dan semoga dengan berbagi kesebelan ini, kalian yang membaca juga jadi ikutan sebel. Bukan sebel sama saya, bukan pula sebel sama blog saya, tapi sebel dengan kelakuan spesies kita, dan amit-amit jangan sampai melakukan hal-hal yang sama nyebelin-nya. Hope so! :D

When you see me, don't you ever touch me, please?

No comments:

Post a Comment