Sunday, December 22, 2013

You should love someone in spite of, not because of.

Hari ini saya re-read Twivortiare, salah satu buku dari pengarang favorit saya, Ika Natassa. Dan saya berhenti di satu halaman, dimana kata-katanya Alexandra (tokoh wanita dalam buku tersebut) bikin saya ngangguk-ngangguk mengiyakan. Jagoan banget kata-katanya! So, saya post saja di sini buat yang tak pernah membaca buku tersebut, hitung-hitung sharing, ya kan? :k

I just wanna say: it’s impossible for us to find a perfect spouse if we model him/her toward someone, atau toward our own sets of criteria. The world just doesn’t work that way. We’re not God yang bisa bikin orang yang sempurna, sesuai dengan semua yang kita mau.

But we can try to find someone that just works. That when you and that someone are together, you both just work. Despite all the hiccups and each other’s shortcomings and imperfections and flaws. Banyak dari Beno yang mau gue ubah, sama seperti banyak dari gue yang pasti dia juga mau ubah. Countless. Banyak banget.

Tapi terus, mau nunggu kami bisa mengubah each other dulu according to our ideal mindset baru bisa nerima? Nggak, kan? Terus, kalau emang kami berdua berubah sesuai yang diinginkan masing-masing, are we still the same person we both fall in love with?

So you know why you get the impression from my tweets that he is somewhat perfect?

Because to me, he just works.
He and I work, despite our flaws and fights and all that.
Sure we’re making adjustments with each other as we go supaya bisa jalan hubungannya, tapi ada beberapa hal yang left unchanged dan memang harus di-accept aja.

Jadi nasihat gue buat lo semuanya: stop trying to find the perfect spouse according to your own ideal. Just find someone who just works with you. That’s all that matters.

Relationship is work. After we failed the first one, miserably I might add, Beno and I learned this the hard way. Jadi kalau udah ketemu yang sayang sama lo, lo sayang sama dia, both of you can work things out together, and it feels right (not perfect)… ya udah.

Dulu pernah baca quote ini dan menurut gue nggak banget, tapi ternyata setelah gue alamin ternyata beneran. You should love someone in spite of, not because of.”


(Taken from Twivortiare, prescribed by Ika Natassa, page 129-130)

Saturday, December 21, 2013

Terlatih Patah Hati

Hari ini salah seorang sahabat saya, Reo, mengirim chat ke dalam group BBM. Isinya begini, “Udah pada dengerin lagu ini? Terlatih patah hati – by The Rain feat Endank Soekamti, liriknya keren :x “.
Dan benar kata dia, liriknya memang keren. Bener-bener keren! :x



Aku sudah mulai lupa saat pertama rasakan lara.
Oleh harapan yang pupus, hingga hati cedera serius.
Terimakasih kalian, barisan para mantan dan semua yang pergi  tanpa sempat aku miliki.
Tak satupun yang aku sesali, hanya membuat ku semakin terlatih.

Begini rasanya terlatih patah hati, hadapi pedihnya terlatih disakiti.
Bertepuk sebelah tangan (sudah biasa), ditinggal tanpa alasan (sudah biasa). :#
Terluka itu pasti, tapi aku tetap bernyanyi. :x

Lama tak ku dengar tentangnya, yang paling dalam tancapkan luka.
Satu hal yang aku tau, terkadang juga dia rindu.
Terimakasih kalian, barisan para mantan dan semua yang pergi  tanpa sempat aku miliki.
Tak satupun yang aku sesali, hanya membuat ku semakin terlatih.

Begini rasanya terlatih patah hati, hadapi getirnya terlatih disakiti.
Bertepuk sebelah tangan (sudah biasa), ditinggal tanpa alasan (sudah biasa). :#
Terluka itu pasti, tapi aku tetap bernyanyi. :x



Hahaha, kocak sekali bukan liriknya? Tapi tetap saja, meskipun sering patah hati atau tersakiti, saya tak pernah terlatih. Tetap saja, meskipun terluka itu pasti, saya tak pernah menganggapnya itu sudah biasa. Bagaimana juga lebih indah dicintai daripada patah hati bukan?

Friday, December 13, 2013

Who are you?

You are the books you read, the films you watch, the music you listen to, the people you meet, the dreams you have, the conversations you engage in. You are what you take from these. You are the sound of the ocean, the breath of fresh air, the brightest light, and the darkest corner. You are a collective of every experience you have had in your life. You are every single day. So drown yourself in a sea of knowledge and existence. Let the words run through your veins and let the colours fill your mind .” @caradelevingne

Thursday, December 12, 2013

The cuteness of his jealous




Menonton satu scene dari The Heirs episode hari ini mengingatkan saya padanya. The way Kim Tan jealous to Eun Sang, is like the way he did to me. And I think, the way he’s jealous is so cute. Bibirnya yang seakan maju beberapa millimeter ketika mengomeli saya, protektifnya dia ketika saya bercerita tentang salah seorang cowok yang dia curigai suka pada saya, atau repetan-repetan tak jelasnya ketika saya menggoda akan melirik laki-laki lain. Ya, caranya takut kehilangan saya, atau memproklamirkan saya adalah milik dia, hanya miliknya, hmmm… definitely cute!  :$

Friday, December 6, 2013

Pasca Putus

Baru saja menyelesaikan episode 18 dari drama Korea yang kemunculannya saya nanti-nantikan tiap minggu: The Heirs! Hahaha, dan salah satu adegannya mengingatkan saya akan cerita sahabat saya, membuat saya tak sabar untuk segera membuat postingan ini.


"Can't we even be friends?"
Dan, jawaban dari Young Do ini lo.... Suka bangettttt!



Bilang thanks-nya pake senyum pula.
Dan ketika putus ya bener-bener putus, tak ada istilah ngemis-ngemis minta balikan
Meskipun setelahnya, pergi ke tempat-tempat kenangan.
Meratapi cerita lama. Galau habis-habisan. Hahaha...
Ga sengaja berpapasan
Dan cara Young Do melewati Eun Sang tanpa ngomong sepatah kata pun.
Acting cool (meskipun mungkin di dalam berdarah-darah), hmmm...priceless.
Salah satu adegan di episode 18 yang mau tak mau, pasti pernah kita alami di kehidupan nyata.

Ya, bagaimana keadaan setelah putus. Putus dengan hati tercabik-cabik tentunya. Putus tak baik-baik highlight-nya. :p

Banyak sekali reply menarik yang dilontarkan oleh teman-teman saya ketika saya mengulik topik ini. Salah seorang sahabat saya pernah berkata begini, “Enak aja ya bilang mau berteman lagi, setelah dia menyakiti hati sedemikian rupa?”. Yang lain berkata, “Putus belum tentu musuhan, Na. Silahturahmi masih harus tetap dijaga. Apalagi kalau sama-sama dewasa.”

Sahabat saya yang lain menunjukkan message dari ex-nya, yang baru saja putus, dan ketika sahabat saya (laki-laki) meminta untuk tidak berhubungan lagi. Stop him for the chances he’ll fall in love with her (again). Dan message itu kira-kira berbunyi seperti ini, “Apa kita ga bisa tetep temenan, Ko?” and something like this, “Jadi Koko bener-bener mau ngelupain aku? :( “

Hahaha, entah kenapa saya malah senyum-senyum baca message tersebut, yang lengkap dengan emo “:” plus “(“. Bagaimana kemudian sahabat saya dengan gayanya yang cool membalas, “Iya, ini cara yang terbaik”, meskipun mengetik dengan berat dan hatinya bener-bener tidak rela.

Sahabat saya yang lain lebih straight to the point. Ketika menemukan bahwa dia dibohongi: cewek yang dia sukai berpacaran dengan orang lain setelah sebelumnya menjawab perasaannya dengan “aku-belum-siap-pacaran-dan-tunggu-sampai-aku-siap”. Yes,make a relationship with other man,  after a lot message “I miss u” and “I miss u too” between my best friend and her. Hahaha, dia menanggapinya dengan “I don’t need your explanation, or apologize” dan langsung men-delcon (delete contact) BBM cewek tersebut, malam itu juga.

Apakah setelah putus harus bener-bener lost contact sama sekali? Atau masih berteman? It depends on your self. Tergantung kondisi hati kalian.

Misalnya kalian bener-bener sudah move on, dan berteman dengannya tidak lagi mengingatkan pahit-manisnya cerita lama, why not? Tapi kalau kalian masih berkutat di kubangan mantan karena masih cinta sedangkan dia engga, yaaa…better let her/him go. Tak baik untuk kesehatan hati.

Yang jelas pesan simple dari saya adalah: jangan mau dimanfaatkan. Kalian harus selidiki jelas alasan kalian masih mau berteman dengannya atau dia berteman dengan kalian itu apa. Apa murni tidak ingin melepaskan tali silahturahmi seperti kata sahabat saya? Atau karena dia tak ingin kehilangan fans? Sahabat-sahabat saya sering menyebutnya dengan istilah “ban serep”, yang kalau butuh dikeluarkan, dan kalau tidak butuh disimpen aja sampai mampus di bagasi. Ya, hubungan para ex yang mengatas namakan pertemanan, dekat dengannya karena kalian masih cinta, sedangkan dia pun berteman karena rasa. Rasa “butuh”, rasa “tak ingin kesepian” or anything… So, kalau kalian sudah mengerti kalau motif pertemanannya sudah tidak baik, mengapa harus dipertahankan coba? :k

You don’t ever have to feel guilty about removing toxic people from your life. It doesn’t matter whether someone is a relative, romantic interest, employer, childhood friend, or a new acquaintance.
You don’t have to make room for people who cause you pain or make you feel small. It’s one thing if a person owns up to their behaviour and makes an effort to change. But if a person disregards your feelings, ignores your boundaries, and “continues” to treat you in a harmful way, they need to go.”
-         - Danielle Koepke


Sakitnya Rindu

Kita adalah sepasang sepatu: selalu bersama tak bisa bersatu.
Kita sangat ingin bersama, tapi tak bisa apa-apa. Terasa lengkap bila kita berdua, terasa sedih bila kita di rak berbeda. :(
Di dekatmu kotak bagai nirwana, tapi saling sentuh pun kita tak berdaya.
Cinta memang banyak bentuknya, mungkin tak semua bisa bersatu :( “

Sepasang sepatu: selalu bersama tak bisa bersatu
Apakah kamu tahu rasanya merindukan seseorang dengan sangat, tau juga jika orang itu merindukanmu, tapi tak bisa bertemu? Jangankan memeluknya sebentar saja, menatap mukanya saja tidak.

Ya, apalagi ketika hari-hari berlalu dengan begitu berat, kamu ingin menyandarkan kepalamu sebentar di bahunya, merasakan tangannya mengelus rambutmu perlahan, menenangkanmu, dan berkata semuanya akan baik-baik saja. Ya, ketika hari itu datang, kamu harus cukup puas mendengarkan suaranya saja lewat telepon, atau membaca kalimat yang dia kirimkan lewat BBM. Kamu harus bersikap seolah-olah semuanya baik-baik saja. Bukan karena kamu tidak ingin berbagi, tapi karena tidak ingin membebaninya dengan hal-hal yang kalian tau ingin dilakukan tapi tak bisa. Ya, ketika hari itu datang, dadamu akan terasa begitu sesak, membuatmu kehabisan napas. Badminton dua jam saja tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan sesaknya dada saat itu. Sakitnya sampai terasa ke ujung-ujung jari. Dan tentu saja, air mata. Yang seharusnya tak menetes, yang sudah diperintahkan untuk disimpan saja oleh otak, tiba-tiba meluber tanpa diminta.

Ya, dan hari itu datang lagi. Hari ini.

Mungkin kalian berpikir saya manja. Ya, saya akui, saya memang manja. Sudah tau konsekuensi menjalani hubungan jarak jauh, tapi tetap saja mengeluh. Tetep memenuhi blog dengan postingan-postingan nyampah. 

Dan meskipun hubungan ini berat, mata merah, dada nyesek, toh saya tetap tak mau berhenti. I just have to believe that our love will find a way. A way that the distance is no longer between us…