Monday, October 21, 2013

Own or be owned?

"If God tells you to give something away and you can't, then you don't own it...It owns you."
(Rick Warren)

Kadang kita merasa memiliki sesuatu, mempertahankannya  dengan sangat, dan berpikir bahwa it really belong to us. Pertanyaan selanjutnya simple saja, apakah sebenarnya kita benar-benar memiliki sesuatu yang kita pertahankan mati-matian itu, atau malahan sesuatu itu yang memiliki kita?

Anyone who has lost something they thought was theirs forever,
finally comes to realise that nothing really belongs to them. Yeah, nothing...

Sunday, October 20, 2013

You are the apple of my eye

Shen Chia Yi - Ko Teng
(Buat yang roaming dengan postingan ini, saya anjurkan untuk segera menonton film Taiwan berjudul “You are the apple of my eye”. Comedy, romance, dan sedikit action dicampur ke dalam satu cerita. Brilliant banget pokoknya!)



Tak pantas menyesal atau berpikir bagaimana jika dahulu kita melakukan ini dan itu. Bagaimana jika pada saat di bawah hujan Ko Teng menghentikan sikap kekanak-kanakan, membuang ego, dan kembali ke depan Shen Chia Yi. Berjongkok di depannya, menghapus air matanya,  dan memulai masa indah bersama. Atau bagaimana jika saat sebelum Chia Yi dan Ko Teng menerbangkan lampion ke langit, Ko Teng berani membuang sikap pengecutnya dan mendengar jawaban Chia Yi atas perasaannya, apapun itu. Atau bagaimana jika Chia Yi waktu itu juga langsung mengatakan perasaannya yang sebenarnya, alih-alih malu karena dia wanita. Bagaimana jika ketika Ko Teng menelpon Chia Yi pada saat terjadi gempa hebat di Taipei, mereka berdua mengakui perasaan masing-masing, berani jujur, dan ya…berjuang demi cinta. Ya, banyak sekali bagaimana jika… , yang apabila dilakukan pasti akan menelurkan cerita dengan ending yang berbeda.


Saya pernah menyesal. Dan tak ingin menyesal lagi, dan lagi. Jadi baiklah jika saat ini, saya jujur pada diri sendiri. Mengejar apa yang ingin saya kejar. Mempertahankan apa yang ingin saya genggam. Meskipun berarti harus menebalkan muka, atau membuang ego jauh-jauh, saya tak peduli. Saya hanya hidup sekali, pantaskah apabila di akhirnya saya merenungi hidup yang indah ini dengan tumpukan bagaimana jika?

Saturday, October 19, 2013

Nong Poy, remind me how to...

Nong Poy? Ga salah nih kali ini saya membahas tentang nama tersebut? Buat yang belum tau siapa itu Nong Poy, let me introduce her to you…

Nong Poy :D

Nong Poy, merupakan seorang penyanyi, model dan aktris asal Thailand. Lahir pada tanggal 5 Oktober 1986, sebagai seorang anak laki-laki. Oke, saya garis bawahi, caps lock dan bold sekalian supaya jelas. LAKI-LAKI. Ya, seperti kalian tau Thailand merupakan negara yang sangat unik, dan menurut saya salah satu dari sedikit Negara yang menghargai perbedaan (apapun bentuknya). Buat yang fanatik terhadap suatu agama atau kepercayaan tertentu, just skip it to the other post or blog, okay?  Postingan kali ini hanya untuk mereka yang berpikiran terbuka dan menghargai perbedaan. Yeah, like me (aihhh, sempet-sempetnya narsis). *big-smile-on-my-face  :)

Melebar sedikit dari topik postingan, saya akan menjelaskan sedikit tentang gender identities di Thailand. Selain garis jelas berjudul laki-laki dan perempuan, ada daerah abu-abu berkaitan dengan gender identities di sana. Masyarakat Thailand mengenal istilah Tom, Dee, dan Kathoey. Tom, mungkin merupakan kependekan dari Tomboy (who knows?), adalah perempuan yang berpakaian, bersikap, dan berbicara seperti laki-laki. She may not actually be a lesbian, but she may be perceived as one by others. Tom berambut cepak, merupakan sebuah deviasi dari tradisi Thailand yang mengindikasikan rambut panjang sebagai simbol dari feminitas. Mungkin yang pernah menonton film Thailand, berjudul Yes or No, pasti tau Kim (salah satu pemeran utamanya) adalah wujud nyata dari Tom.

Dee merupakan perempuan homosexual (atau bisa juga bisexual) dimana secara penampilan fisik mengikuti norma-norma feminitas di Thailand. Dee akan terlihat, berbicara, dan bersikap seperti perempuan Thailand normal pada umumnya. Satu-satunya perbedaan yaa…hanya kecenderungan suka ke sesama jenis. Yang ketiga, Kathoey (atau yang sering disebut sebagai ladyboy), mengacu kepada laki-laki yang berpakaian dan bersikap seperti wanita.  Banyak Kathoey, atau yang masyarakat kita lebih sering sebut sebagai transgender, selain berpakaian seperti wanita juga melakukan prosedur-prosedur medis yang disebut sebagai “feminizing”, seperti operasi payudara, hormon, silicone injections, bahkan Adam’s apple reductions (operasi perubahan jenis kelamin). Banyak juga yang bahkan lebih cantik dari perempuan asli. Entah harus iri, kagum atau bagaimana melihat foto-foto orang tua saya dengan ladyboys saat mereka liburan ke Thailand dan menonton main show di sana. Sekseh-nya itu lohhh, saya saja yang perempuan sampai mengeluarkan suara ckckck. Hahaha….

Penerimaan akan perbedaan ini disebabkan oleh mayoritas penduduk Thailand yang memeluk agama Buddha (around 94.6%). Berkaitan dengan ajaran agama Buddha, which places a high value on tolerance, yaitu Karma, yang percaya bahwa menjadi Tom, Dee, atau Kathoey merupakan sebuah hasil pelanggaran akibat apa yang mereka lakukan di masa lampau. Menjadi Tom, Dee, atau Kathoey bukan sesuatu yang diingini dan mereka layak mendapatkan rasa kasihan, bukan malah disalahkan atas orientasi mereka.

Back to the topic, Nong Poy. Bernama asli Saknarin Marnyaporn (ศักดิ์นรินทร์ มาลยาภรณ์ ), sudah memiliki orientasi yang berbeda sejak dia kecil. Nong Poy kecil  merasa dirinya lebih cocok memiliki tubuh perempuan dan dia bermimpi untuk menjadi perempuan seutuhnya, tetapi di  depan kedua orang tuanya  dia bersikap seperti anak laki-laki. Keputusannya untuk mengalami transformasi (*uhuk, bahasa mulai lebay) diambil pada saat usianya 17 tahun, lewat proses yang sangat menyakitkan. Prosesnya sendiri meliputi berbagai operasi kelamin, operasi plastik, dan program diet ketat.  Anndd…jeng-jeng-jeng, inilah hasilnya…
 

Dari samping aja cantiknya ajubileh...
Buat cowok, kalo yang nyuruh diem kaya gini, kalian gimana?
Merengut aja cantik. Ckckck...
Si guk-guk aja melongo nih...

Body-nya. Abs-nya. Speechless...


Kapan ya saya bisa jemuran badan tapi tetep pose cantik gini. Haha...

Tak bisa dipungkiri, Nong Poy cantik. Sangat cantik malah. Terlepas dari proses yang menjadikan dia menjadi dirinya yang sekarang, atau apa orientasi seksualnya, menurut saya Nong Poy adalah makhluk yang indah (Eits…jangan berpikir saya juga memiliki orientasi yang berbeda loh…). Yep, munafik jika ada yang bilang tidak, dan tak adil jika penilaian cantik atau tidaknya dia didasarkan pada orientasi yang dia pilih.

Flawless, is she?

Menulis postingan ini saja mengingatkan saya akan pembicaraan saya dengan sahabat saya. Dia dengan jujur mengakui bahwa Nong Poy cantik, dan dia bercerita jika teman-temannya yang lain men-judge dia homo atau suka dengan waria (sahabat saya seorang laki-laki). Ya, mendengar ceritanya mengingatkan saya bahwa tanpa sadar kadang kita menghakimi orang lain sesuai dengan label yang kita torehkan, berpikir bahwa kita salah satu yang sempurna dan bisa dengan seenak jidat menuding-nuding jika ada yang melenceng dari garis. Tak sadarkah kita bahwa garis itu sendiri dibuat oleh mistar yang kita gunakan? Tak sadarkah kita bahwa garis itu dilihat oleh "kacamata" yang kita pakai?

To be honest, masa bilang makhluk ini cantik dibilang ga normal sih??? 

Hahaha, ini hanyalah sekedar random thoughts yang mulai ngaco di malam hari. Inti postingan ini sebenarnya bukanlah Nong Poy, kecantikannya, orientasinya, or anything, tapi lebih ke Nong Poy yang (secara tak langsung) mengingatkan diri saya bahwa siapapun orangnya, bagaimanapun bentuk dan keputusan yang dia ambil (mau dia transgender, mau homo, mau Tom, Dee, or anything he/she choose...), tak pernah layak untuk dihakimi. Saya bukan seorang Buddhist, tapi bolehlah jika saya belajar tentang high value of tolerance dari ajaran agama tersebut. Agama saya sendiri mengingatkan saya tentang  seseorang yang sangat saya kagumi, seorang tokoh yang paling benar, tapi tak pernah berusaha untuk menghakimi orang lain. Ya, Dialah yang mengajarkan bahwa siapapun yang tak berdosa, barulah boleh melemparkan batu ke orang lain. Lantas, jika manusia yang seperti Dia saja melewatkan kesempatan untuk melempar “batu” pertama, siapa saya sehingga saya berani melemparkan “batu” (apapun jenis “batu” tersebut) kepada orang lain???

Wide smile on her face. Beautiful, no matter what!

Source:
1. All photo from Nong Poy Treechada's FB
2. Wikipedia

Saturday, October 12, 2013

One day closer

"Missing someone gets easier everyday because even though you are one day further from the last time you saw them you are one day closer to the next time you will."

Yes, 20 days again. One day closer to you...

Saturday, October 5, 2013

Sunset, beach, a man behind the camera, and me

Me: taken by the man behind the camera

The minute before the sun goin' down.

The sun: take all the light with him.

Seperti sendirian, padahal sebenarnya tidak.

Before the darkness came out.

Waves in Double Six

Entah kenapa, tiba-tiba hari ini saya teringat pada sore itu. Sore dimana saya dan dia masih tertawa dengan begitu lepasnya. Dia yang pernah mengisi hari-hari tak terlupakan dalam hidup saya. Yang begitu perhatiannya sampai kadang saya lupa diri.
Dia, yang pada sore itu, di Pantai Double Six, hanya mengikuti saya lewat kameranya. Membiarkan saya menikmati matahari yang tenggelam dengan cantiknya. Yang kehadirannya hanya saya rasakan lewat bunyi klik pelan saat tombol shutter Canon EOS D50-nya ditekan.
Dia yang sekarang hanya menjadi sebuah masa lalu. Masa lalu yang hanya ingin saya ingat, tanpa ada keinginan untuk mengulang kembali, namun juga tak pernah sekalipun saya sesali. The one who teach me how sweet and bitter the life is…

Saya mengulurkan tangan, dia menggenggamnya. Tapi toh terlepas juga...


Ya, postingan ini untukmu. Kamu yang dulu dekat tapi sekarang jauh. You know exactly who you are.
"Baik-baiklah di sana, seperti saya juga baik-baik saja di sini. Semoga seperti saya, kamu juga telah menemukan seseorang yang genggamannya tak ingin kamu lepaskan lagi. Genggamlah dia erat, jangan biarkan dia pergi. Dan semoga saja, pada saat semesta mempertemukan kita berdua kembali, saat itu kita bisa tersenyum tulus. Benar-benar tulus, sambil mendoakan kebahagiaan satu sama lain. Ya, semoga..."

Friday, October 4, 2013

Dark Side



"There's a place that I know. It's not pretty there and few have ever gone. If I show it to you now, will it make you run away? Or will you stay, even if it hurts? Even if I try to push you out, will you return and remind me who I really am? Please remind me who I really am...

Everybody's got a dark side. Do you love me? Can you love mine?
Nobody's a picture perfect, but we're worth it, you know that we're worth it.
Will you love me? Even with my dark side?"

(Busbee and Alexander Geringas)