Saya tak tau persis kapan
tepatnya rasa ini ada. Rasa yang mungkin juga tak bisa saya katakan secara
pasti masuk dalam kategori apa. Yang saya tau jelas, saya sayang dia. Ya, lebih
mudah didefinisikan rasanya. Tapi sebenarnya, jika boleh jujur, saya ragu.
Bukan ragu apakah saya benar-benar sayang padanya. Oh please,
let we skip this part… I know that I won’t even play that kind of games. Not to
him, not to the other man.
Ini adalah jenis keraguan akan perasaan yang saya tak
bisa klasifikasikan jenisnya. Jenis yang berkembang, bertumbuh dengan cepat,
terlalu cepat malah. Pelan tapi pasti, memenuhi semua rongga hati saya. Kadang
menyesakkan dada, kadang malah mengirimkan sinyal-sinyal hormon endorfin ke
otak. Ya, jenis perasaan yang membuat saya tersenyum bodoh ketika melihat
namanya muncul di layar BBM. Jenis perasaan yang membuat saya merasakan ratusan
kupu-kupu menari di dalam perut ketika dia memanggil nama saya dengan logat
Sulawesi-nya yang kental itu. Jenis yang membuat saya merasakan kerinduan
mendalam seperti orang kecanduan. Ya, saya kecanduan. Kecanduan suaranya,
kekonyolannya, dan banyak hal lainnya yang jika diketik satu-persatu akan
membuat isi postingan ini menjadi totally cheezy. Jenis perasaan yang membuat saya menjadi bukan saya lagi.
Saya merasa tak utuh, jika dia tak ada. Aihhh, banci sekali kedengarannya.
Percayalah, saya juga heran kenapa saya bisa mengetik kata-kata puitis yang
menegakkan bulu roma ini di jam yang sudah menunjukkan waktu dini hari.
Lantas, perasaan apakah ini? Perasaan apa yang saya
rasakan sehingga saya merindu dengan begini hebatnya?
Sampai di satu detik pada saat dia menelepon malam
ini. I realize… I already fell for him…
Dan sebut saja saya pengecut, karena ketika bunyi nada
sambung dengannya telah terputus, saya baru berani mengakui perasaan ini.
Dengan lirih mengucapkan hal yang tak akan mungkin berani saya ucapkan lantang,
atau langsung, kepadanya.”I thought that
I already love you. Please,
be kind of this woman’s heart, could you?”
No comments:
Post a Comment