Post sebelumnya mengulik sedikit tentang perjalanan saya dengan rencana berkematangan hanya setengah hari. Rencana yang muncul mendadak, diwarnai ide gila (atau bisa jadi hampir nekat) yang dipicu oleh gagalnya rencana Semeru saya. :p
Ide gila itu didukung oleh teman-teman seperjalanan saya yang meskipun dari luar penampakannya "adem", tapi dalamnya juga tidak kalah "panas" seperti saya. :D
Saya perkenalkan mereka adalah...
jeng..jeng... Ko Win and DK. Mereka berdua sering "berpetualang" bersama saya menjelajahi
Hidden Paradise. Sebut saja Pulau Sempu, Karimun Jawa, Semarang, Madakaripura, Bromo, dan tempat-tempat lain lainnya yang sudah kami tapaki bersama.
Tak kenal, maka tak sayang. Sekilas akan saya kenalkan mereka kepada kalian... :)
Bagaimana mereka dari kacamata saya?
Ko Win: Setahun lebih tua dari saya,
baby-face, cool, dependable. Teman-teman kami menjulukinya "Pak Pres" (singkatan dari Pak Presiden), karena pembawaannya yang cenderung diam, tak banyak bicara, tapi celetukannya bisa membuat kami ngakak atau malah terdiam. :p Dialah orang pertama yang saya ajak berdiskusi setiap mau merencanakan perjalanan bersama. Ide-idenya oke, ga banyak
cing-cong, dan paling bisa diharapkan mengumpulkan massa. Kata-kata yang sering kami ucapkan ke Ko Win adalah, "Siap, Pak Pres!" :D
DK: Dua tahun lebih tua dari saya, tapi telat masuk kuliah. Saya mengenalnya ketika menjadi asdos untuk angkatan 2008, dan baru sadar ternyata dia ternyata lebih tua dari saya. Hohoho... :D Kocak, beraksen Sumba kental, dengan humorisme yang tak pernah habis. Tergila-gila mengeluarkan
handphone-nya kemudian merekam apa yang kami sedang lakukan -apapun-itu. Seseorang yang menjaga eksistensi sebuah janji yang telah dia ucapkan, seberapa beratnya janji itu (di lain kesempatan mungkin akan saya bahas tentang pengalaman saya dan DK dalam hal ini ;) ).
Apakah kami bertiga terlibat dalam hubungan romantisme?
Tidak. Jadi jangan berharap macam-macam. :D
Nah...sudah cukup perkenalannya, akan saya lanjutkan lagi ke topik utama.
Back to the point... ;)
Yap, peserta petualangan kali ini hanya kami bertiga. Naik motor dari Surabaya dengan tujuan kota Lumajang. Kota pisang di Jawa Timur. Berangkat hari Jumat, jam setengah delapan pagi dan sampai di Lumajang jam satu siang. Kami menginap di Hotel Jelita, Jl. Dr. Soetomo, penginapan kecil di pusat kota yang menurut saya
recommended sekali untuk
backpacker seperti kami. Harga kamar yang kami sewa hanya Rp. 45.000, sudah dapat dua
single bed dan kamar mandi dalam. Bersih? Ya.
AC? Tak perlu
neko-neko, jika tak ingin menggeletar kedinginan malam-malam. :p
Beristirahat sebentar, lalu kemudian dilanjutkan dengan perjalanan ke
destination selanjutnya. Pantai Bambang!
Jarak sekitar satu jam dari pusat kota. Jalur juga cukup mudah (berani bilang demikian, padahal saya dua kali kebablasan :p ), tinggal mengikuti lajur utama, Tempeh-Pasirian-lalu ketika sampai di Condro, mulailah dengan jurus "Malu bertanya, sesat di jalan". Warga setempat sangat
welcome, memberi arah-arah yang jelas untuk menuju tempat ini. Sampai Condro, ambil belokan ke kiri, ikuti jalan sampai di Garuda Pancasila (masuk kawasan desa Bago), ambil kiri lagi. Luruuuuussss terus, sampai jalur jalan berhenti. Sampailah kami di Pantai Bambang!
|
Pantai Bambang |
Jangan bilang pantai ini jelek, karena menurut saya semua pantai bagus. Bahkan Kenjeran (nama pantai di Surabaya), menurut saya juga oke untuk mengobati
sea-sick yang kadang muncul. Hehehe... :D
Khas pantai Selatan, ombaknya mengesankan. Deburannya kuat, diwarnai dengan angin yang hmmmm....
make me frozen....
Berpasir hitam, dikelilingi oleh bukit-bukit dan penampakan Gunung Semeru dari kejauhan. Setiap deburan ombak menguapkan kabut yang entah kenapa terasa misterius
and cooolllll.... :D
Satu hal yang agak membuat saya bergidik adalah namanya. Bambang. Seperti nama salah seorang pelawak di Indonesia, hehe... Bahkan DK memberi ide untuk mengganti nama pantai tersebut menjadi Pantai EDE. Singkatan nama dari kami bertiga. Hahaha,
narcis as usual... :p
|
Tapak kaki kami bertiga (Ko Win - saya - DK) |
Keesokan harinya, kami melanjutkan perjalanan ke tujuan utama kami. Gua Tetes! Yeahh!!!
Terletak di kecamatan Pronojiwo,
track yang kami lalui cukup bikin ngeri. Naik turun bukit, diikuti dengan kelokan-kelokan yang tak terduga. Jangan bilang hawanya. Brrrr....dinginnya sudah masuk dalam tahap keterlaluan. :#
Hampir satu jam setengah perjalanan kami dari Lumajang, sebelum kami menemukan Gua Tetes. Sebelumnya kami sempat nyasar sampai masuk ke Kabupaten Malang. Saran saya adalah ikuti jalur Lumajang-Malang. Gua tetes terletak di ujung Pronojiwo, hampir masuk ke perbatasan Malang. Penunjuk arah terletak di sebelah kiri dan sangat kecil, jadi tajamkan mata jika sudah sampai di perbatasan. Jika kalian menemukan ucapan selamat datang di Kabupatan Malang, itu tandanya kalian
kebablasan, dan sebuah petunjuk untuk putar-balik. :D
Track menuju Gua Tetes cukup mudah dan hanya setengah km perjalanan. Di beberapa titik kalian akan terpaksa berhenti karena pemandangan-pemandangan yang muncul "
taken your breath away". Suerrr, seperti melihat lukisan Cina yang menggambarkan air terjun.
So, beautifuuullll... :-$
|
"Takes my breath away...." |
Merupakan air terjun dengan aliran yang sangat banyak, membentuk kolam-kolam kecil yang indaaahhhh sekali. Hanya satu kata yang bisa kami lontarkan. Wooowwww!!!!
Ujung perjalanan dari track menuju Gua tetes berakhir pada salah satu kolam dari aliran air terjun. Dan sejauh mata kami memandang ke atas, dipenuhi dengan aliran-aliran air yang banyak sekali. Licin? Bisa dibayangkan sendiri pastinya.
|
Gua Tetes: Wooowww!!! |
Sebenarnya kami bertiga tidak ada rencana sama sekali untuk memanjat ke atas. Pertama-tama DK mengusulkan untuk "melihat lebih tinggi", tapi usul tersebut ditolak mentah-mentah oleh Ko Win dan saya. Tidak terbayangkan jika salah satu kami terpeleset. Mengerikan.
Sedang asik foto-foto, tiba-tiba ada dua orang muncul. Cowok-cewek, anak abege, bersendal jepit, yang dengan cueknya melewati kami bertiga dan naik ke atas air terjun dengan mudah. Kami bertiga berpandang-pandangan
-and- ngakak bareng. Hahaha, keputusan untuk ikut naik disepakati bersama lewat pandangan tadi. :p
Jika di bawah indah, kalian tidak akan bisa membayangkan apa yang ada di atas. Indahnya masuk tahap keterlaluan. Buset,
thank's God sudah mengirimkan dua abege tadi. Kalau tidak, kami bertiga tidak akan melihat pemandangan semenakjubkan ini. :-$
|
Captivated by the waterfall |
|
|
|
Ko Win: Cool as usual... |
|
DK: Reminds me with "Kera Sakti". Hahaha... |
Setelah puas, kami melanjutkan perjalanan ke hutan bambu. Di tengah perjalanan, kami
charging (baca: makan) di salah satu warung yang merupakan pos pantau di area Piket Nol. Murah dan enak. Nasi boleh sepuasnya pula, sangat cocok untuk memberi makan naga-naga di perut kami yang sudah melakukan unjuk rasa sejak pagi. :x
|
Mejeng @ Piket Nol :p |
Perjalanan kami selanjutnya menuju hutan bambu yang terletak di kecamatan Candi Puro. Kecamatan ini merupakan jalan yang kami lewati dari Pronojiwo menuju Lumajang. Sampai di Candi Puro, seperti biasa kami menerapkan jurus yang saya katakan tadi. Ternyata benar, karena ada belokan ke kanan yang harus kami ambil yang mungkin tidak akan kalian ketahui jika tidak bertanya pada orang-orang lokal. Jalur yang kami lewati cukup parah, banyak lubang-lubang jalan yang tidak diperbaiki. Maklum, Indonesia: bikin hidup lebih hidup... :D
Hutan Bambu mempunyai nuansa yang berbeda jika dibandingkan dengan Gua Tetes. Agak
scary gimanaaa getooo... *mulai alay
|
Hutan Bambu, Lumajang |
Apalagi kami datang ketika sore hari, matahari sudah malas-malasan mengeluarkan sinarnya. Gemerisik daun-daun bambu, plus suasana yang sepi. Paslah sudah... :x
|
Salah satu teman saya bilang spot ini mirip dengan spot di Tusuk Jelangkung (˘_˘") |
|
Varietas Panda dengan jenis paling langka :p |
DK ngomel ketika melihat penampakan hutan bambu ini. Sangat berbeda dengan foto yang saya kirimkan lewat bbm. Haha, saya dapat dari internet. Dan ternyata sumbernya tidak terpercaya. (¯―¯٥)
|
Ini dia perbandingannya. Memang sangat berbeda... "Maafkan saya, DK." *pasang tampang melas (TT__TT) |
Berakhirlah perjalanan saya ke Lumajang. Sebuah kota yang meskipun terpencil, tapi tetap mempesona.
Cold outside, warm inside... Udara yang dingin menusuk tulang tidak membuat keramahan hati orang-orang Lumajang luntur. Setiap pertanyaan yang kami ajukan (baik berkaitan dengan jalan atau pertanyaan standar lainnya) ditimpali dengan jawaban yang hangat, dan senyum. :)
Perjalanan yang meskipun melelahkan dan membuat pantat rata (delapan jam di atas motor, bo :x ), tak sedikitpun membuat kami menyesal. Yeah,
overall...I love Lumajang! :-k