Thursday, August 23, 2012

Jatuh Cinta Diam-diam

Like two doomed ships that pass in storm we had crossed each other's way: but we made no sign, we said no word, we had no word to say. ~ Oscar Wilde


"Pada akhirnya, orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa mendoakan. Orang yang jatuh cinta diam-diam pada akhirnya menerima. Orang yang jatuh cinta diam-diam paham bahwa kenyataan terkadang berbeda dengan apa yang kita inginkan. Terkadang yang kita inginkan bisa jadi yang tidak kita sesungguhnya kita butuhkan. Dan sebenarnya, yang kita butuhkan hanyalah merelakan. Orang yang jatuh diam-diam hanya bisa, seperti yang mereka selalu lakukan, jatuh cinta sendirian."
(Raditya Dika)

Wednesday, August 22, 2012

Lumajang: Cold outside, warm inside

Post sebelumnya mengulik sedikit tentang perjalanan saya dengan rencana berkematangan hanya setengah hari. Rencana yang muncul mendadak, diwarnai ide gila (atau bisa jadi hampir nekat) yang dipicu oleh gagalnya rencana Semeru saya. :p

Ide gila itu didukung oleh teman-teman seperjalanan saya yang meskipun dari luar penampakannya "adem", tapi dalamnya juga tidak kalah "panas" seperti saya. :D
Saya perkenalkan mereka adalah... jeng..jeng... Ko Win and DK. Mereka berdua sering "berpetualang" bersama saya menjelajahi Hidden Paradise. Sebut saja Pulau Sempu, Karimun Jawa, Semarang, Madakaripura, Bromo, dan tempat-tempat lain lainnya yang sudah kami tapaki bersama.

Tak kenal, maka tak sayang. Sekilas akan saya kenalkan mereka kepada kalian... :)

Bagaimana mereka dari kacamata saya?
Ko Win: Setahun lebih tua dari saya, baby-face, cool, dependable. Teman-teman kami menjulukinya "Pak Pres" (singkatan dari Pak Presiden), karena pembawaannya yang cenderung diam, tak banyak bicara, tapi celetukannya bisa membuat kami ngakak atau malah terdiam. :p Dialah orang pertama yang saya ajak berdiskusi setiap mau merencanakan perjalanan bersama. Ide-idenya oke, ga banyak cing-cong, dan paling bisa diharapkan mengumpulkan massa. Kata-kata yang sering kami ucapkan ke Ko Win adalah, "Siap, Pak Pres!" :D
DK: Dua tahun lebih tua dari saya, tapi telat masuk kuliah. Saya mengenalnya ketika menjadi asdos untuk angkatan 2008, dan baru sadar ternyata dia ternyata lebih tua dari saya. Hohoho... :D Kocak, beraksen Sumba kental, dengan humorisme yang tak pernah habis. Tergila-gila mengeluarkan handphone-nya kemudian merekam apa yang kami sedang lakukan -apapun-itu. Seseorang yang menjaga eksistensi sebuah janji yang telah dia ucapkan, seberapa beratnya janji itu (di lain kesempatan mungkin akan saya bahas tentang pengalaman saya dan DK dalam hal ini ;) ).

Apakah kami bertiga terlibat dalam hubungan romantisme?
Tidak. Jadi jangan berharap macam-macam. :D

Nah...sudah cukup perkenalannya, akan saya lanjutkan lagi ke topik utama. Back to the point... ;)
Yap, peserta petualangan kali ini hanya kami bertiga. Naik motor dari Surabaya dengan tujuan kota Lumajang. Kota pisang di Jawa Timur. Berangkat hari Jumat, jam setengah delapan pagi dan sampai di Lumajang jam satu siang. Kami menginap di Hotel Jelita, Jl. Dr. Soetomo, penginapan kecil di pusat kota yang menurut saya recommended sekali untuk backpacker seperti kami. Harga kamar yang kami sewa hanya Rp. 45.000, sudah dapat dua single bed dan kamar mandi dalam. Bersih? Ya. AC? Tak perlu neko-neko, jika tak ingin menggeletar kedinginan malam-malam. :p

Beristirahat sebentar, lalu kemudian dilanjutkan dengan perjalanan ke destination selanjutnya. Pantai Bambang!
Jarak sekitar satu jam dari pusat kota. Jalur juga cukup mudah (berani bilang demikian, padahal saya dua kali kebablasan :p ), tinggal mengikuti lajur utama, Tempeh-Pasirian-lalu ketika sampai di Condro, mulailah dengan jurus "Malu bertanya, sesat di jalan". Warga setempat sangat welcome, memberi arah-arah yang jelas untuk menuju tempat ini. Sampai Condro, ambil belokan ke kiri, ikuti jalan sampai di Garuda Pancasila (masuk kawasan desa Bago), ambil kiri lagi. Luruuuuussss terus, sampai jalur jalan berhenti. Sampailah kami di Pantai Bambang!

Pantai Bambang


Jangan bilang pantai ini jelek, karena menurut saya semua pantai bagus. Bahkan Kenjeran (nama pantai di Surabaya), menurut saya juga oke untuk mengobati sea-sick yang kadang muncul. Hehehe... :D
Khas pantai Selatan, ombaknya mengesankan. Deburannya kuat, diwarnai dengan angin yang hmmmm.... make me frozen....
Berpasir hitam, dikelilingi oleh bukit-bukit dan penampakan Gunung Semeru dari kejauhan. Setiap deburan ombak menguapkan kabut yang entah kenapa terasa misterius and cooolllll.... :D

Satu hal yang agak membuat saya bergidik adalah namanya. Bambang. Seperti nama salah seorang pelawak di Indonesia, hehe... Bahkan DK memberi ide untuk mengganti nama pantai tersebut menjadi Pantai EDE. Singkatan nama dari kami bertiga. Hahaha, narcis as usual... :p

Tapak kaki kami bertiga (Ko Win - saya - DK)

Keesokan harinya, kami melanjutkan perjalanan ke tujuan utama kami. Gua Tetes! Yeahh!!!
Terletak di kecamatan Pronojiwo, track yang kami lalui cukup bikin ngeri. Naik turun bukit, diikuti dengan kelokan-kelokan yang tak terduga. Jangan bilang hawanya. Brrrr....dinginnya sudah masuk dalam tahap keterlaluan. :#

Hampir satu jam setengah perjalanan kami dari Lumajang, sebelum kami menemukan Gua Tetes. Sebelumnya kami sempat nyasar sampai masuk ke Kabupaten Malang. Saran saya adalah ikuti jalur Lumajang-Malang. Gua tetes terletak di ujung Pronojiwo, hampir masuk ke perbatasan Malang. Penunjuk arah terletak di sebelah kiri dan sangat kecil, jadi tajamkan mata jika sudah sampai di perbatasan. Jika kalian menemukan ucapan selamat datang di Kabupatan Malang, itu tandanya kalian kebablasan, dan sebuah petunjuk untuk putar-balik. :D

Track menuju Gua Tetes cukup mudah dan hanya setengah km perjalanan. Di beberapa titik kalian akan terpaksa berhenti karena pemandangan-pemandangan yang muncul "taken your breath away". Suerrr, seperti melihat lukisan Cina yang menggambarkan air terjun. So, beautifuuullll... :-$

"Takes my breath away...."

Merupakan air terjun dengan aliran yang sangat banyak, membentuk kolam-kolam kecil yang indaaahhhh sekali. Hanya satu kata yang bisa kami lontarkan. Wooowwww!!!!

Ujung perjalanan dari track menuju Gua tetes berakhir pada salah satu kolam dari aliran air terjun. Dan sejauh mata kami memandang ke atas, dipenuhi dengan aliran-aliran air yang banyak sekali. Licin? Bisa dibayangkan sendiri pastinya.

Gua Tetes: Wooowww!!!

Sebenarnya kami bertiga tidak ada rencana sama sekali untuk memanjat ke atas. Pertama-tama DK mengusulkan untuk "melihat lebih tinggi", tapi usul tersebut ditolak mentah-mentah oleh Ko Win dan saya. Tidak terbayangkan jika salah satu kami terpeleset. Mengerikan.

Sedang asik foto-foto, tiba-tiba ada dua orang muncul. Cowok-cewek, anak abege, bersendal jepit, yang dengan cueknya melewati kami bertiga dan naik ke atas air terjun dengan mudah. Kami bertiga berpandang-pandangan -and- ngakak bareng. Hahaha, keputusan untuk  ikut naik disepakati bersama lewat pandangan tadi. :p

Jika di bawah indah, kalian tidak akan bisa membayangkan apa yang ada di atas. Indahnya masuk tahap keterlaluan. Buset, thank's God sudah mengirimkan dua abege tadi. Kalau tidak, kami bertiga tidak akan melihat pemandangan semenakjubkan ini. :-$


Captivated by the waterfall



Ko Win: Cool as usual...


DK: Reminds me with "Kera Sakti". Hahaha...

Setelah puas, kami melanjutkan perjalanan ke hutan bambu. Di tengah perjalanan, kami charging (baca: makan) di salah satu warung yang merupakan pos pantau di area Piket Nol. Murah dan enak. Nasi boleh sepuasnya pula, sangat cocok untuk memberi makan naga-naga di perut kami yang sudah melakukan unjuk rasa sejak pagi. :x

Mejeng @ Piket Nol :p

Perjalanan kami selanjutnya menuju hutan bambu yang terletak di kecamatan Candi Puro. Kecamatan ini merupakan jalan yang kami lewati dari Pronojiwo menuju Lumajang. Sampai di Candi Puro, seperti biasa kami menerapkan jurus yang saya katakan tadi. Ternyata benar, karena ada belokan ke kanan yang harus kami ambil yang mungkin tidak akan kalian ketahui jika tidak bertanya pada orang-orang lokal. Jalur yang kami lewati cukup parah, banyak lubang-lubang jalan yang tidak diperbaiki. Maklum, Indonesia: bikin hidup lebih hidup... :D

Hutan Bambu mempunyai nuansa yang berbeda jika dibandingkan dengan Gua Tetes. Agak scary gimanaaa getooo... *mulai alay

Hutan Bambu, Lumajang

Apalagi kami datang ketika sore hari, matahari sudah malas-malasan mengeluarkan sinarnya. Gemerisik daun-daun bambu, plus suasana yang sepi. Paslah sudah... :x

Salah satu teman saya bilang spot ini mirip dengan spot di Tusuk Jelangkung (˘_˘")

Varietas Panda dengan jenis paling langka :p

DK ngomel ketika melihat penampakan hutan bambu ini. Sangat berbeda dengan foto yang saya kirimkan lewat bbm. Haha, saya dapat dari internet. Dan ternyata sumbernya tidak terpercaya. (¯―¯٥)

Ini dia perbandingannya. Memang sangat berbeda... "Maafkan saya, DK." *pasang tampang melas (TT__TT)

Berakhirlah perjalanan saya ke Lumajang. Sebuah kota yang meskipun terpencil, tapi tetap mempesona. Cold outside, warm inside... Udara yang dingin menusuk tulang tidak membuat keramahan hati orang-orang Lumajang luntur. Setiap pertanyaan yang kami ajukan (baik berkaitan dengan jalan atau pertanyaan standar lainnya) ditimpali dengan jawaban yang hangat, dan senyum. :)

Perjalanan yang meskipun melelahkan dan membuat pantat rata (delapan jam di atas motor, bo :x ), tak sedikitpun membuat kami menyesal. Yeah, overall...I love Lumajang! :-k

2 Months vs. 1/2 day???

Beberapa hari ini saya menghabiskan waktu dengan ber"semedi".
Bukan "semedi" di atas gunung seperti bayangan kalian (karena sebelumnya saya bercerita saya akan naik gunung), tapi ini memang benar-benar ber"semedi" di rumah. Bangun siang, got some inspiration, menikmati waktu-waktu "Me-Time". Hahaha... :D

Hanya dua hari pada awal liburan saya absen dari rumah. Ngeluyur.
What??? Apa saya naik gunung hanya dalam waktu dua hari???
No, no, no... Saya tidak sesakti itu.
Saya pergi ke tempat lain. Ada perubahan rencana.

Lantas kemana perginya semua rencana naik gunung itu? Kemana larinya semua persiapan yang sudah saya ceritakan sebelumnya???
Fiuhhh... (*menarik nafas panjang...)
Tidak lari kemana-mana. Batal. Gagal.

Leader acara ini mengabarkan hal itu pada hari Rabu malam. Memang belum pasti, tapi saya sudah mencium bau-bau tidak-jadi-pergi. Bagaimana tidak? Lha wong peserta gugur satu-persatu. Yang tersisa hanya tiga orang. Saya dan dua orang peserta cowok. Haiss... :p

Dan akhirnya keputusan final datang pada hari Kamis pagi. Kami tidak jadi pergi. Uang yang sudah dikumpulkan akan dikembalikan. Peralatan-peralatan yang sudah susah payah dipinjam dari kanan-kiri akan dikembalikan. Semua rencana sia-sia. Batal.

Jika kalian tanya apakah saya kecewa?
Tak bisa dipungkiri saya kecewa... Kecewa pada orang-orang yang sudah berjanji akan ikut tapi membatalkan pada detik-detik terakhir. Beberapa memang karena alasan yang kuat, tapi beberapa alasannya terkesan dibuat-buat. :-(

Satu yang menjadi prinsip saya adalah "Jika mau dihargai, harus tepat janji. Jika tidak berani menepati, jangan berjanji." Don't make promises you cannot keep, okay? :-)

Lantas apakah saya berlarut-larut dalam kekecewaan?
Sorry saja, jek... Bukan Err namanya kalau tidak punya berbagai plan cadangan. *tertawa congkak. Xixixi... :p

Yap, saya pergi ke tempat lain. Rencana mendadak disusun dalam jangka waktu kurang dari setengah hari. Yeah, rencana berumur dua bulan versus setengah hari. Satunya berakhir ga-tot (baca: gagal-total), other ended with awesomeness... :D


"It isn't about the destinations. It's about the journey"

Wednesday, August 15, 2012

Miss my childhood



 I miss being a kid. No one cared how you dressed, we were all friends, and you could be yourself.
When did we turn so judgmental?

Semeru, gonna see u soon... *smooch

Dua hari lagi saya akan berangkat ke Semeru. Waktu tepatnya adalah tiga puluh empat jam lagi.

Nervous? Of course!
Ini merupakan pendakian pertama saya. Karena yang sebelum-sebelumnya menurut saya belum termasuk hitungan. Bromo, Sikunir, Ijen... C'mon, meskipun semua orang mengawali nama-nama tersebut dengan kata "Gunung", namun buat saya tidak.


Gunung: istilah yang menurut saya lumayan mengundang rasa ngeri. Jangan bilang saya fearless, karena sebetulnya, "I'm still a human" (Yup, fakta yang mengejutkan, haha... :D)

Menurut saya yang namanya pendakian tidak cukup hanya berbekal nyali saja, tapi butuh persiapan yang sangat matang. Alat-alat kemping, persediaan makanan, tau jelas dimana letak lokasi air bersih, berhari-hari tinggal di gunung, ga mandi, kedinginan, kemauan yang sangat kuat, fisik prima, dan masih banyak lagi. Belum lagi bayangan tentang ketinggian; peralatan-peralatan tempur seperti harness, kernmantle, karabiner, dll :-# ; dan tebing-tebing curam yang harus dilalui.
Tapi entah kenapa saya justru excited. :-x

Membayangkan mengalami pengalaman baru, tidur di penginapan "seribu bintang", dan jika fisik memadai saya akan berada di tanah tertinggi di Pulau Jawa membuat saya bersemangat. Bahkan kalau mungkin nih, saya ingin sekali meminjam mesin waktunya Doraemon supaya saya bisa skip-time. *ngarep :p

Beberapa temen kantor saya heran. Shock malah. Kok mau-maunya liburan panjang nan langka yang notabene setahun sekali cuma saya lewatkan buat bersusah payah begini. Dan banyak pertanyaan muncul. Apa saya tidak takut? Apa saya berani? Apa saya kuat? Dll, dll...

Satu hal yang saya pelajari. Rasa takut itu pilihan. Keberanian itu pilihan. Kuat atau tidak, itu juga pilihan. Sekarang pilihan itu ada di tangan saya, apa saya akan memilih untuk melakukan hal yang beresiko atau suatu saat nanti saya akan menyesal karena tidak mengambil resiko ini.

At least, resiko ini manis dan tidak menyebabkan diabetes. So... Wait me to tell you the whole story of my journey... (Of course after I'm back :-p )

Monday, August 13, 2012

@ TwentyFive




Ga terasa gue udah 25 tahun. Hahaha, ga masuk akal ya? Secara tampang masih imut gini, dan gaya masih mirip anak kuliahan. Eaaa… :-$

Yap, ga nyangka udah seperempat abad umur gue, dan banyak hal yang masih harus dilakukan, banyak mimpi yang harus diraih dan banyak target yang harus dicapai. Hohoho… :D

Dan dimulai dengan janji gue ke diri gue sendiri untuk menjadi “more responsible”, “more mature”, dll maka gue mau memulai dari blog ini. Loh, loh, gimana caranya? Simple aja sih. Diawali dengan koreksi bahasa gue yang acak-adut ga keruan. Yeah, gue mau berbahasa Indonesia baik dan benar. Ga ada lagi kata gue-elu, yang ada adalah kata saya-kamu.

Dilanjutkan dengan pembukaan aib. Hah??? :o
Bukan aib sembarang aib, tapi ini tentang aib-aib perjalanan gue. Kalo sebelumnya gue menyimpan cerita itu di dalam otak, menutup rapat-rapat, menyembunyikannya bagai harta karun tak ternilai, setelah ini gue mau membebaskannya. Membiarkannya mengalir dalam ketikan tangan di tuts keyboard laptop kesayangan gue. Dan semoga “aib” gue boleh menjadi pembelajaran buat siapa aja yang entah sengaja atau tidak, tersesat dalam blog ini, dan membawa dampak yang menyenangkan –apapun-itu- seperti mereka sendiri yang mengalaminya…

Memory: Remember-or-Forget?



"Rasanya, menyayat sekali.
Apa yang harus kita lakukan pada kenangan yang memaksa untuk terus diingat?"

(taken from one of Raditya Dika's book)