Saturday, September 28, 2013

Overanalyze

Baru saja kemarin saya menyelesaikan membaca novel yang sejak berminggu-minggu lalu saya pinjam dari seorang sahabat. Judulnya Love, Curse, & Hocus-Pocus. Merupakan sekuel kedua dari Love, Hate & Hocus-Pocus. Dua-duanya dikarang oleh Karla M. Nashar. Di postingan ini saya tidak bermaksud untuk mengupas apapun dalam kedua buku tersebut, tapi ada satu percakapan antara Lyubitshka dengan Troy-Gadis di bab 30 yang entah kenapa membuat saya terdiam sejenak. Berpikir dan mengiyakan kata-kata Lyubitshka, karena seperti Troy-Gadis, saya juga merupakan orang yang overanalyze what the love is. :D

“….. Masalahnya, orang-orang terlalu banyak memikirkan hal-hal yang tidak penting, lalu mereka dibuat bingung sendiri oleh pikiran-pikiran itu. Tak heran mereka tidak bisa melihat sesuatu yang sudah begitu jelas di depan mata mereka. Bukannya mendengarkan kata hati nurani, mereka malah membiarkan pikiran mereka sibuk menganalisis ini dan itu. Padahal semua jawaban pertanyaan mereka sudah ada di hati mereka. Yang perlu mereka lakukan cuma mendengarkan suara kecil yang ada di dalam diri mereka. That little voice inside us always tells the truth, but most people take it for granted.
Hanya orang bodoh yang membiarkan otak mereka memutuskan apakah mereka sedang jatuh cinta atau tidak. Love is a celebration of feeling. You have to use your heart to feel it, not your brain. Kalau kamu benar-benar jatuh cinta pada seseorang, hatimu akan tahu. Tapi hati-hati dengan pikiranmu, karena ia bisa menipu dengan berbagai dalih yang akan membuatmu tak mengacuhkan kata hati. Begitu pun sebaliknya. Hatimu akan memperingatkan kalau kamu tidak mencintai orang itu, tapi pikiranmu memberi berbagai alasan yang bisa membuatmu mengira kalau kamu sedang jatuh cinta.
Itulah masalah yang dihadapi kebanyakan orang. Love is simple, but most people tend to overanalyze it.

Yes, I think that I think too much. Overanalyze everything. Our difference. Our relations. Everything…

Membaca kalimat Lyubitshka tadi seakan mengingatkan saya akan suatu hal. Kembali pada masa saat hati saya begitu tulus, tanpa trauma masa lalu. Just feel the love… Masa muda yang sepertinya jauhhh sekali dari waktu sekarang. Haha, berasa tua banget nih… :p



Saya percaya bahwa setiap bagian dari tubuh, how tiny the part is, diciptakan dengan tujuan yang luar biasa. Semua memiliki kapasitasnya sendiri-sendiri. Dan terkadang saya sendiri lupa bahwa cinta, itu dirasakan oleh hati, bukan otak. (Saya menggunakan kata ‘dirasakan’, bukan ‘diciptakan’, so please don’t overanalyze it too :p ). Dan kata-kata Lyubitshka seakan mengulik saya, menyadarkan akan kapasitas sebuah hati, jangan sampai otak saya mengambil alih tanggung jawab yang sebenarnya bukan lingkup pekerjaannya, bukan? :D

No comments:

Post a Comment