Monday, October 22, 2012

Saya Tak Bakat Jadi Mak Comblang


Hahaha, kenapa tiba-tiba saya mengulik topik ini? :x
Dimulai karena dua cerita cinta, dua-duanya karena ulah saya. :#



Satu:  
Don’t make someone become priority in your life, if she just make you  an option

Beberapa bulan lalu saya mengenalkan salah seorang sahabat ke salah seorang teman perempuan saya. Didasari oleh dorongan teman dan sedikit rasa kasihan agar sahabat saya melupakan mantan kekasihnya, saya mengenalkannya kepada cewek tersebut. Sekilas info, sahabat saya ini tampan, tipe-tipe yang good looking lah, baiknya kadang udah sampai pada tingkat bodoh (Let me explain this part later…), dan ketulusan-kesetiaannya hampir setara dengan anak umur lima tahun. Yak, kita gabungkan semuanya dalam satu package  dan kalian pasti langsung mengangkat alis heran kenapa cowok seperti ini masih saja perlu dicomblangin. Pada waktu itu saya berniat baik, tapi sekarang saya membenci tindakan bodoh yang saya lakukan. Seharusnya saya membiarkannya, dan leave his alone in his memory. Hufftt…. *menarik napas panjang

Mereka berdua berkenalan, dan setelah tahap “dorong-mendorong”, chemistry mulai muncul. Sahabat saya mulai jatuh cinta, jatuhnya pun tak main-main. Kira-kira sampai level tiarap ke tanah. Awalnya saya ikut senang, ya jelaslah lha wong memang tujuan saya mengenalkan adalah agar he-can-forget-the-past-and-begin-a-new-start. Namun kemudian dari pembicaraan dengan teman perempuan saya, saya menyadari beberapa hal. 

Eitss, jangan mulai berpikiran saya ada “rasa” dengan sahabat saya. :p Jelas tidak! Atau kalian pikir saya jealous karena dia menemukan someone new? Haha, kata-kata dalam lirik Sahabat Jadi Cinta by Zigaz tak ada dalam kamus saya… :p

Saya tidak akan membahas karakter teman perempuan saya. Karena saya bukan orang sempurna, saya tidak akan mengacungkan tangan dan menghakimi orang lain. Oh, itu jatah Tuhan, not my part! :D

Yang saya tidak suka adalah cara dia memperlakukan sahabat saya. Dia menyambut semua perhatian yang diberikan. What??? Any problem with you, Err? What’s wrong with that???  Okelah kalo dia suka dan serius menjalin hubungan. Oh, mungkin kata-kata saya tadi kurang lengkap. Ok, saya ulangi sekali lagi. Dia menyambut semua perhatian yang diberikan, tapi tidak ingin memberikan hatinya pada sahabat saya. Kalau dia sudah bilang dari awal kalau dia tidak bisa melanjutkan hubungan tapi sahabat saya masih tetap ngeyel mengemis-ngemis cinta yah maka di sini tulisan saya akan membodoh-bodohkan sahabat saya. Tapi ini tidak, dia mempermainkan perasaan orang lain! Dia dari awal memberi harapan, tak pernah menolak semua tindakan pe-de-ka-te yang dilakukan, tapi di baliknya membahas probabilitas menjalin hubungan dengan orang lain.

Yah… ibarat dia sedang menginjak dua batu sekaligus. Ingin loncat ke batu selanjutnya, tapi dia sendiri juga masih belum yakin. Yang bisa dilakukan hanya menguji ketahanan batu selanjutnya tanpa mau melepas batu yang sekarang dipijak. Dijadikan Plan B lah istilah kerennya… :p

Masalahnya ini yang dijadikan secondary option adalah sahabat saya, dan secara tidak langsung saya juga ikut andil. Hiks…

What should I do? Apa saya harus bilang apa yang saya ketahui? Tentu saja tidak. Di satu sisi, sahabat saya masih jatuh cinta dengan butanya, dan di sisi lain tak adil jika saya mengatakan apa yang saya ketahui. Toh pendapat saya juga subjektif karena cenderung condong ke sahabat saya. Mungkin saja orang lain akan bilang itu adalah hak sang wanita untuk memilih, dan resiko sebagai seorang pria dalam tahap sortir. Haha, who knows???

Yang bisa saya lakukan adalah: hanya melihat dan mengunci mulut rapat-rapat :x



Dua:  
Never play with someone’s feelings just because you’re unsure of your own.

Kisah yang ini jelas-jelas adalah kesalahan saya. Murni karena turut campur tangan saya. Saya tak mau bercerita panjang lebar karena kisahnya mengalahkan berseason-season sinetron Indonesia. Cinta Fitri? Lewaaattt….

Pemeran utama pria (pup) adalah sahabat yang sudah saya anggap seperti kakak laki-laki saya sendiri. Dan pemeran utama wanita (puw) adalah sahabat yang sudah saya anggap seperti kakak perempuan saya sendiri. Kurang apa coba? Tak salah kan jika saya turut andil dalam perjodohan mereka?

Okay, I wil sum it up. Intinya adalah puw (I’ll call them puw and pup. Capek ngetiknya booo… :p ) sudah punya pacar. Long distance. Ortu puw dan ortu pacar puw tidak setuju dengan hubungan kedua anak mereka. Di sisi lain puw dekat dengan pup. Kedekatannya masuk dalam taraf “tak-bisa-dianggap-remeh”. Pup ini tingkat kebaikannya juga sudah masuk dalam taraf berlebihan. Baikkkkkkk bangetttttt orangnya. Maka mulailah saya sebagai mak comblang tingkat kompor masuk dan memberikan “pencerahan-pencerahan” kepada puw. Puw tercerahkan dan memutuskan hubungan dengan pacarnya. Finish.

Seharusnya sampai dengan chapter  di atas bisa mulai dilanjutkan dengan pup dan puw menyadari cinta mereka satu sama lain. Memulai hubungan-menikah-punya anak, dsb, dsb… Live happily ever after, begitulah yang ada dalam bayangan saya. Saya menggendong ponakan hasil “karya” mereka, dan kami bertiga mengenang masa lalu. Eaaaa… :-k

Masalahnya hidup tidak sesimple dongeng-dongeng yang dijejali ke dalam otak saat saya kecil. Akhirnya tidak bisa berakhir dengan semudah itu. Bener banget kata Avril Lavigne, “So much for my happy ending…”

Masalahnya adalah ketika puw sudah memutuskan hubungan ex-nya. Tak semudah itu juga dia memutuskan perasaan dan kebutuhan-ingin-diperhatikan-dan-dipuja-gila-gilaan yang dilakukan oleh ex-nya. Apalagi pup lebih cenderung masuk dalam kategori pria dewasa, dan tidak akan menghujani puw dengan perhatian 24 jam non-stop sekelas anak kuliahan. Nah…jadilah sampai sekarang puw masih menjalin hubungan pasca putus dengan mantan tapi juga menjalin hubungan dengan pup. 

Lantas kenapa puw tidak balikan saja dengan mantannya jika memang seperti ini? Because that relationship take her nowhere. Lantas kenapa puw tidak meresmikan hubungan dengan pup? Because she unsure with her own feelings. Jadi yang dia lakukan sama dengan teori batu yang saya katakan sebelumnya. Menguji probabilitas. Sambil menunggu kesempatan siapa tau ada pemeran pembantu pria lain yang ternyata tepat. Haha… Is that fair? Of course NOOOOO!!!!

What should I do? Tentu saja sebagai seorang ‘adik’, saya menasehati puw. Mulut sudah sampai berbusa rasanya, hahaha… Tapi puw hanya mendengar kata-kata yang ingin dia dengar. Lantas apa sebagai ‘another sister’, saya tidak mengatakan apa-apa kepada pup? Tidak bisa… Mengatakan sesuatu berarti membuka aib, dan itu akan mengkhianati puw. Sigh… *menarik napas dalam-dalam

Yang bisa saya lakukan: hanya melihat dan mengunci mulut rapat-rapat (lagi-lagi) :x




Notes:
Mak comblang? That means word which explain the person who try to make relationship works between the other. For Me??? That means person who’s sotoyyy (sok tau) abissss. Siapa elu mau jodoh-jodohin orang?! Itu jatah Tuhan tauuu, bukan eluuu…. *noyor kepala sendiri (TT__TT)

No comments:

Post a Comment