Hahaha, kenapa tiba-tiba saya mengulik topik ini? :x
Dimulai karena dua cerita cinta, dua-duanya karena ulah
saya. :#
Satu:
Don’t make
someone become priority in your life, if she just make you an option
Beberapa bulan lalu saya mengenalkan salah seorang sahabat
ke salah seorang teman perempuan saya. Didasari oleh dorongan teman dan sedikit
rasa kasihan agar sahabat saya melupakan mantan kekasihnya, saya mengenalkannya
kepada cewek tersebut. Sekilas info, sahabat saya ini tampan, tipe-tipe yang good looking lah, baiknya kadang udah
sampai pada tingkat bodoh (Let me explain
this part later…), dan ketulusan-kesetiaannya hampir setara dengan anak
umur lima tahun. Yak, kita gabungkan semuanya dalam satu package dan kalian pasti
langsung mengangkat alis heran kenapa cowok seperti ini masih saja perlu
dicomblangin. Pada waktu itu saya berniat baik, tapi sekarang saya membenci
tindakan bodoh yang saya lakukan. Seharusnya saya membiarkannya, dan leave his alone in his memory. Hufftt….
*menarik napas panjang
Mereka berdua berkenalan, dan setelah tahap
“dorong-mendorong”, chemistry mulai
muncul. Sahabat saya mulai jatuh cinta, jatuhnya pun tak main-main. Kira-kira sampai level tiarap ke tanah.
Awalnya saya ikut senang, ya jelaslah lha
wong memang tujuan saya mengenalkan adalah agar he-can-forget-the-past-and-begin-a-new-start. Namun kemudian dari
pembicaraan dengan teman perempuan saya, saya menyadari beberapa hal.
Eitss, jangan mulai berpikiran saya ada “rasa” dengan
sahabat saya. :p Jelas tidak! Atau kalian pikir saya jealous karena dia menemukan someone
new? Haha, kata-kata dalam lirik Sahabat Jadi Cinta by Zigaz tak ada dalam kamus saya… :p
Saya tidak akan membahas karakter teman perempuan saya.
Karena saya bukan orang sempurna, saya tidak akan mengacungkan tangan dan
menghakimi orang lain. Oh, itu jatah Tuhan, not
my part! :D
Yang saya tidak suka adalah cara dia memperlakukan sahabat
saya. Dia menyambut semua perhatian yang diberikan. What??? Any problem with you, Err? What’s wrong with that??? Okelah kalo dia suka dan serius menjalin
hubungan. Oh, mungkin kata-kata saya tadi kurang lengkap. Ok, saya ulangi
sekali lagi. Dia menyambut semua perhatian yang diberikan, tapi tidak ingin
memberikan hatinya pada sahabat saya. Kalau dia sudah bilang dari awal kalau dia
tidak bisa melanjutkan hubungan tapi sahabat saya masih tetap ngeyel mengemis-ngemis cinta yah maka di
sini tulisan saya akan membodoh-bodohkan sahabat saya. Tapi ini tidak, dia
mempermainkan perasaan orang lain! Dia dari awal memberi harapan, tak pernah menolak
semua tindakan pe-de-ka-te yang dilakukan, tapi di baliknya membahas
probabilitas menjalin hubungan dengan orang lain.
Yah… ibarat dia sedang menginjak dua batu sekaligus. Ingin
loncat ke batu selanjutnya, tapi dia sendiri juga masih belum yakin. Yang bisa
dilakukan hanya menguji ketahanan batu selanjutnya tanpa mau melepas batu yang
sekarang dipijak. Dijadikan Plan B
lah istilah kerennya… :p
Masalahnya ini yang dijadikan secondary option adalah sahabat saya, dan secara tidak langsung
saya juga ikut andil. Hiks…
What should I do? Apa
saya harus bilang apa yang saya ketahui? Tentu saja tidak. Di satu sisi, sahabat saya
masih jatuh cinta dengan butanya, dan di sisi lain tak adil jika saya
mengatakan apa yang saya ketahui. Toh pendapat saya juga subjektif karena cenderung condong ke sahabat saya. Mungkin saja orang lain akan bilang itu
adalah hak sang wanita untuk memilih, dan resiko sebagai seorang pria dalam
tahap sortir. Haha, who knows???
Yang bisa saya lakukan adalah: hanya melihat dan mengunci mulut
rapat-rapat :x
Dua:
Never play with
someone’s feelings just because you’re unsure of your own.
Kisah yang ini jelas-jelas adalah kesalahan saya. Murni
karena turut campur tangan saya. Saya tak mau bercerita panjang lebar karena
kisahnya mengalahkan berseason-season sinetron
Indonesia. Cinta Fitri? Lewaaattt….
Pemeran utama pria (pup) adalah sahabat yang sudah saya
anggap seperti kakak laki-laki saya sendiri. Dan pemeran utama wanita (puw)
adalah sahabat yang sudah saya anggap seperti kakak perempuan saya sendiri.
Kurang apa coba? Tak salah kan jika saya turut andil dalam perjodohan mereka?
Okay, I wil sum it up.
Intinya adalah puw (I’ll call them puw and pup. Capek ngetiknya booo… :p
) sudah punya pacar. Long distance. Ortu
puw dan ortu pacar puw tidak setuju dengan hubungan kedua anak mereka. Di sisi
lain puw dekat dengan pup. Kedekatannya masuk dalam taraf
“tak-bisa-dianggap-remeh”. Pup ini tingkat kebaikannya juga sudah masuk dalam
taraf berlebihan. Baikkkkkkk bangetttttt orangnya. Maka mulailah saya sebagai
mak comblang tingkat kompor masuk dan memberikan “pencerahan-pencerahan” kepada
puw. Puw tercerahkan dan memutuskan hubungan dengan pacarnya. Finish.
Seharusnya sampai dengan chapter
di atas bisa mulai dilanjutkan
dengan pup dan puw menyadari cinta mereka satu sama lain. Memulai
hubungan-menikah-punya anak, dsb, dsb… Live
happily ever after, begitulah yang ada dalam bayangan saya. Saya
menggendong ponakan hasil “karya” mereka, dan kami bertiga mengenang masa lalu.
Eaaaa… :-k
Masalahnya hidup tidak sesimple
dongeng-dongeng yang dijejali ke dalam otak saat saya kecil. Akhirnya tidak
bisa berakhir dengan semudah itu. Bener banget kata Avril Lavigne, “So much for my happy ending…”
Masalahnya adalah ketika puw sudah memutuskan hubungan ex-nya. Tak semudah itu juga dia
memutuskan perasaan dan kebutuhan-ingin-diperhatikan-dan-dipuja-gila-gilaan
yang dilakukan oleh ex-nya. Apalagi
pup lebih cenderung masuk dalam kategori pria dewasa, dan tidak akan menghujani
puw dengan perhatian 24 jam non-stop
sekelas anak kuliahan. Nah…jadilah sampai sekarang puw masih menjalin hubungan
pasca putus dengan mantan tapi juga menjalin hubungan dengan pup.
Lantas kenapa puw tidak balikan saja dengan mantannya jika memang
seperti ini? Because that relationship
take her nowhere. Lantas kenapa puw tidak meresmikan hubungan dengan pup? Because she unsure with her own feelings.
Jadi yang dia lakukan sama dengan teori batu yang saya katakan sebelumnya.
Menguji probabilitas. Sambil menunggu kesempatan siapa tau ada pemeran pembantu
pria lain yang ternyata tepat. Haha… Is
that fair? Of course NOOOOO!!!!
What should I do? Tentu saja sebagai seorang ‘adik’, saya
menasehati puw. Mulut sudah sampai berbusa rasanya, hahaha… Tapi puw hanya
mendengar kata-kata yang ingin dia dengar. Lantas apa sebagai ‘another sister’, saya tidak mengatakan
apa-apa kepada pup? Tidak bisa… Mengatakan sesuatu berarti membuka aib, dan itu
akan mengkhianati puw. Sigh… *menarik
napas dalam-dalam
Yang bisa saya lakukan: hanya melihat dan mengunci mulut
rapat-rapat (lagi-lagi) :x
Notes:
Mak comblang? That
means word which explain the person who try to make relationship works between
the other. For Me??? That means person who’s sotoyyy (sok tau) abissss.
Siapa elu mau jodoh-jodohin orang?! Itu jatah Tuhan tauuu, bukan eluuu…. *noyor
kepala sendiri (TT__TT)